Kegiatan Awal Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar. Melalui interaksi pembelajaran yang baik diharpakan dapat memperoleh hasil yang baik pula. Adapun untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal tergantung kondisi atau kesiapan yang akan saling berinteraksi yaitu siswa dan lingkungan belajar. Apabila kedua unsur utama yaitu siswa dan lingkungan belajar telah siap untuk melakukan aktivitas sesuai dengan perannya masing-masing, maka gambaran hasil pembelajaran yang akan dicapai sudah dapat diduga. 

Dengan demikian langkah awal yang harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran yaitu mempersiapakan kondisi siswa dan lingkungan pembelajaran agar semuanya selalu dalam kondisi siap, agar ketika pembelajaran berlangsung dapat berjalan dengan baik sehingga akan menentukan tercapainya hasil pembelajaran yang bermutu. Kegiatan untuk mengkondisikan siswa dan lingkungan pembelajaran agar siap untuk melakukan aktivitas pembelajaran, dalam proses pembelajaran disebut dengan ”kegiatan awal atau kegiatan pembukaan”. 

Dalam prosedur pembelajaran, kegiatan pembukaan memiliki peran yang sangat strategis, karena kualitas kegiatan inti pembelajaran, ditentukan pula oleh kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan oleh Guru. Munculnya perhatian dan bangkitnya motivasi yang menjadi modal dalam pembelajaran, tidak datang begitu saja, akan tetapi melalui suatu proses upaya yang dilakukan oleh guru dalam membuka pembelajaran. Oleh karena itu pembukaan pembelajaran harus direncanakan dengan matang, sistematis, fleksibel dan efisien, sehingga memungkinkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien. Coba bayangkan misalnya ketika siswa baru masuk ke dalam kelas, tiba-tiba secara langsung guru mengajar dengan materi pokok tanpa pembukaan untuk mengkondisikan siswa terlebih dahulu. Sudah dapat diduga bahwa siswa belum memiliki kesiapan untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara optimal. Akhirnya proses pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif, demikian pula hasilnya tentu kurang maksimal.

B. Pengertian 

Kegiatan pembukaan atau disebut juga dengan kegiatan pendahuluan, adalah suatu upaya untuk menciptakan suasana atau kondisi siap belajar sebelum memasuki tahap kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan pembukaan dalam pembelajaran termasuk kedalam kategori persiapan awal (pra-instructional), menuju pada kegiatan inti. Namun demikian walaupun digolongkan kedalam prainstructional, sebenanrnya sudah merupakan bagian integral dari pembelajaran itu sendiri. Fungsi utama kegiatan awal (pra-instructional), adalah untuk menciptkan kondisi siap belajar baik secara fisik, mental, maupun kesiapan secara emosional. Ketika seluruh elemen pembelajaran sejak awal (pembukaan) telah memiliki kesiapan yang baik, maka akan berdampak positif terhadap proses pembelajaran selanjutnya. Pada umumnya tahapan kegiatan pembelajaran itu dibagi menjadi tiga bagian atau tiga tahap utama, yaitu: Pertama pembukaan (pendahuluan); kedua kegiatan inti dan ketiga kegiatan penutup.

Tahap pertama dari kegiatan pembelajaran adalah “Pembukaan”. Menurut Soli Abimanyu, yang dimaksud dengan pembukaan dalam pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. 

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membuka pembelajaran, pada hakikatnya merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang kondusif sebelum memasuki tahap kegiatan inti pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan selanjutnya (inti), sangat ditentukan oleh kondisi awal yang dilakukan sebelumnya. Motivasi, perhatian, dan aktivitas siswa pada kegiatan inti, banyak dipengaruhi oleh sejauhmana siswa sejak awal telah memiliki kejelasan tujuan yang harus dicapai, manfaat materi yang akan dipelajari, proses yang harus dilakukan, dan informasi lain yang diterima di awal pembelajaran. 

Bobbi DePorter, mengklasifikasi langkah pembelajaran kedalam enam aspek yaitu 1) Tumbuhkan, 2) Alami, 3) Namai, 4) Demosntrasikan, 5) Ulangi, 6) Rayakan. Dari keenam unsur tahap pembelajaran tersebut, yang terkait dengan kegiatan pembukaan pembelajaran adalah aspek “Tumbuhkan”. Menurut Bobbi DePorter yang dimaksud dengan “tumbuhkan” yaitu tumbuhkan minat, perhatian dan motivasi siswa ketika memulai pembelajaran. Salah satu hal yang penting untuk tumbunya perhatian dan motivasi siswa, yaitu apabila siswa sejak memulai pembelajaran sudah memahami dengan jelas tujuan dan manfaat apa yang akan didapatkannya dari kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya itu. 

 Waktu pembelajaran sangat singkat, satu jam pembelajaran berkisar antara 35 s.d 40 menit. Oleh karena itu efisiensi waktu dalam kegiatan pembukaan harus diperhatikan, untuk pembukaan biasanya hanya kurang lebih 5 menit. Bagaimana dengan waktu yang relatif singkat itu dapat dimanfaatkan secara optimal, yaitu siswa telah memiliki kejelasan tujuan yang harus dicapai, manfaat dari materi atau aktivitas yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tersebut, dan informasi-informasi penting lainnya yang diharapkan akan menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran dengan baik.

Sekilas nampaknya kegiatan membuka pembelajaran dianggap cukup sederhana, guru masuk ke kelas, menyampaikan salam dan terus dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran. Padahal jika memperhatikan kembali hakikat membuka pembelajaran seperti yang telah diuraikan sebelumnya, ternyata kegiatan membuka tidak sesederahana yang diperkirakan. Oleh karena itu kegiatan membuka dalam pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pembelajaran secara keseluruhan, dan oleh karena itu keterampilan membuka pembelajaran perlu dilatihkan, sehingga diperoleh kemampuan yang profesional. 

Bagi calon guru maupun para guru yang berlatih meningkatkan keterampilan mengajar melalui pembelajaran mikro, walaupun yang dilatihkan hanya unsurunsur tertentu sesuai dengan karakteristik pembelajaran mikro (baca lagi karakteristik pembelajaran mikro pada bahan belajar mandiri pertama), dalam prosesnya tetap menempuh ketiga tahapan umum pembelajaran di atas, yaitu dimulai dari pembukaan, kemudian kegiatan inti, dan diakhiri dengan kegiatan penutup. Ingat! pembelajaran mikro adalah pembelajaran yang sebenarnya (real teaching).

Misalnya Bu Aminah seorang guru MI akan melatih keterampilan ”memberikan penguatan” melalui pembelajaran mikro dengan waktu selama 15 menit. Secara teknis Bu Aminah harus merencanakan waktu yang 15 menit tersebut, berapa menit untuk pembukaan, berapa menit untuk kegiatan inti dan berapa menit untuk kegiatan penutup pembelajaran. Hanya karena yang dilatihkan adalah keterampilan ”memberikan penguatan”, maka sejak awal, kegiatan ini, dan ketika menutup pembelajaran, keterampilan ”memberi penguatan” mendominasi proses pembelajaran. 

Dengan demikian keterampilan memberikan penguatan sebagai jenis keterampilan yang dilatihkan, secara teknis sudah mulai diterapkan atau dilatihkan sejak dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti maupun kegiatan penutup pembelajaran. Akhir dari proses latihan melalui pembelajaran mikro, yang menjadi fokus perhatian bukan pada kegiatan membuka pembelajaran, tapi pada jenis keterampilan yang dilatihkan, yaitu keterampilan ”memberikan Penguatan”. Akan tetapi keberhasilan melaksanakan proses latihan keterampilan ”memberi penguatan” melalui pembelajaran mikro, sangat tergantung pada kemampuan peserta sejak melakukan kegiatan awal atau kegiatan pembukaan. Oleh karena itu kegiatan membuka menjadi bagian integral dari proses pembelajaran, yang akan dilakukan oleh setiap guru maupun calon guru ketika melakukan proses pembelajaran termasuk melakukan latihan keterampilan dasar mengajar melalui pembelajaran mikro.

C. Unsur-unsur kegiatan membuka pembelajaran 

Di awal sudah dijelaskan bahwa kegiatan “Membuka pembelajaran” merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. Kegiatan pembukaan pada intinya yaitu untuk “menciptakan kondisi siap” bagi siswa (fisik, mental, maupun emosional) untuk mengikuti pembelajaran. Menurut Bobbi DePorter, pada saat membuka pembelajaran terlebih dahulu “Bawalah dunia anak kedunia kita, lalu antarkan dunia kita ke dunia anak”. Pernyataan tersebut memiliki makna yang sangat mendalam dilihat dari segi apapun, terutama pendidikan dan pembelajaran, karena: 

1. Setiap anak adalah mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai mahluk individu setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya 

2. Sebagai mahluk sosial melalui pembelajaran setiap anak harus belajar mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, berinteraksi dan melakukan proses adaptasi. 

3. Agar pembelajaran yang dilakukan bisa diterima oleh siswa, maka guru ketika membuka pembelajaran harus menganalisis dan memahami kebutuhan, tujuan, minat dan bakat anak, sehingga pembelajaran yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan siswa. 

 4. Apabila tujuan, kebutuhan, minat dan bakat anak sudah dapat dipahami, maka segera lakukan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan bakat yang dimilikinya. 

Sekarang mari kita identifikasi dan diskusikan jenis-jenis kegiatan yang harus dilakukan untuk menciptakan kondisi siap (pembukaan) dalam pembelajaran. 

1. Mengkondisikan pembelajaran (conditioning) 

a. Menumbuhkan perhatian dan motivasi 

b. Menciptakan sikap yang mendidik 

c. Menciptakan kesiapan belajar siswa 

d. Menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis 

2. Melaksanakan kegiatan apersepsi 

a. Mengecek kehadiran siswa 

b. Mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang lalu dan mengkaitkannya dengan materi yang akan dipelajari 

c. Menyampaikan tujuan / kompetensi yang harus dicapai dari materi yang akan dipelajari 

d. Menjelaskan kegiatan-kegiatan (pengalaman) pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung

e. Menginformasikan manfaat apa yang akan didapatkan setelah siswa mempelajari materi atau bahan ajar yang akan disampaikan. 

Untuk memahami lebih lanjut dari setiap jenis kegiatan yang dilakakan pada kegiatan membuka pembelajaran, ikuti uraian berikutnya. Sebelum mengikuti pembahasan lebih lanjut, ada satu hal yang harus Anda perhatikan, yaitu bahwa setiap jenis kegiatan yang dikemukakan di atas, masing-masing berbeda. Akan tetapi semuanya memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai alat atau instrumen untuk menciptakan kondisi awal pembelajaran, sehingga siswa memiliki kesiapan (readiness) untuk belajar. 

Pada saat proses membuka pembelajaran, tidak berarti setiap jenis kegiatan harus dilakukan saat membuka pembelajaran. Oleh karena itu jenis-jenis yang diungkapkan dalam kegiatan membuka pembelajaran tersebut semuanya bersifat pilihan. Setiap guru boleh memilih jenis kegiatan apa yang menurut peritmbangannya cocok dilakukan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat pembelajaran akan berlangsung. Bahkan sangat diharapkan setiap guru kreatif dan inovatif mencari dan memunculkan jenis kegiatan lain yang dianggap lebih efektif untuk menciptakan kondisi awal pembelajaran. 

Mengkondisikan Pembelajaran (conditioning) 

1) Menumbuhkan perhatian dan motivasi. 

Perhatian dan motivasi memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Pada intinya perhatian adalah kemampuan untuk memusatkan energi psikhis (pikiran dan perasaan) kepada sesuatu objek yang akan dipelajari. Makin terpusat perhatian seorang siswa pada materi pembelajaran, akan semakin baik proses dan hasil pembelajaran dicapai. Motivasi (motivation) merupakan suatu energi atau kekuatan penggerak (motor) pada diri setiap individu yang memprakarsai aktivitas, mengatur arah aktivitas dan memelihara kesungguhan beraktivitas. Tinggi dan rendahnya motivasi seorang siswa memiliki hubungan yang erat dengan tingkat perhatiannya.

2) Menciptakan sikap yang mendidik 

Pembelajaran adalah merupakan bagian dari proses pendidikan, sedangkan pendidikan adalah merupakan proses pendewasaan manusia. Oleh karena itu proses pembelajaran tidak hanya dipandang sebagai proses transpormasi pengetahuan kepada siswa, akan tetapi mempunyai tujuan yang amat luas dan terpuji yaitu selain memperluas pengetahuan, sikap maupun keterampilan, juga yang tak kalah pentingnya adalah penanaman nilai-nilai, sehingga melalui proses pembelajaran yang mendidik dapat membentuk karakter manusia yang sesuai dengan fatrahnya. Dengan demikian sejak awal pembelajaran dimulai, unsur-unsur pendidikan harus ditanamkan kepada siswa, dalam hal ini menanamkan nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh siswa. Misalnya bagaimana sebelum belajar dimulai terlebih dahulu siswa dibiasakan untuk berdoa, mentaati aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah, disiplin, jujur, dan nilai-nilai lain yang perlu dimiliki oleh siswa. 

3) Menciptakan kesiapan untuk belajar 

Efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan siswa belajar. Kesiapan (readiness) pada dasarnya adalah gambaran kondisi individu siswa yang memungkinkan siswa tersebut dapat belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesiapan seseorang individu antara lain: kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi atau kecerdasan, pengalaman yang dimiliki, hasil belajar yang telah diraih dan faktor-faktor lainnya. Pada saat mengawali pembelajaran guru harus memiliki keyakinan bahwa siswanya telah memiliki kesiapan untuk belajar. Untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa, idealnya idealnya memang terlebih dahulu harus dilakukan pengetesan menyangkut dengan kesiapannya. Adakalanya individu yang memiliki tingkat kecerdasan relatif sama, karena mungkin memiliki pola kemampuan mental yang berbeda, sehingga memiliki tingkat kesiapan yang berbeda pula. Tapi itu kan rumit dan tidak akan cukup dengan waktu pembukaan yang relatif singkat. Oleh karena itu melalui pengataman saat berkomunikasi dengan siswa, guru dapat memahami dari reaksi secara spontan yang ditunjukkan siswa pada saat kegiatan awal pembelajaran

4) Menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis (Democratic Teaching). 

Suasana kelas yang tegang, menakutkan, takut serba salah dan situasi-situasi yang mencengkram, sangat tidak kondusif untuk pembelajaran bahkan tidak mendidik bagi siswa. Oleh karena itu sejak awal pembelajaran suasana kelas harus diciptakan yang dapat memungkinkan siswa merasa senang, aman, bebas, merasa dihargai, dan kondisi pembelajaran yang positif lainnya. Itulah salah satu inti dari pembelajaran demokratis (democratic teaching). Suasana demokratis adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan kesamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik (siswa).

 Jika sejak awal suasana pembelajaran sudah diciptakan se-demokrarts mungkin, maka siswa akan belajar dengan penuh ketenangan dan merasa aman. Kelas akan menjadi bagian dari kehidupannya, sehingga akan mendorong terhadap suasana pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Misalnya, jika seorang siswa  mengajukan pendapat atau suatu pertanyaan secara kritis, kemudian gurunya memberikan penghargaan dan merespon positif terhadap pendapat dan pertanyaan siswa tadi. Maka akan menjadi pendorong (motivasi) bagi siswa tersebut untuk meningkatkan aktivitas belajar pada tahap berikutnya. 

Melaksanakan kegiatan Apersepsi 

1) Mengecek kehadiran siswa (absensi) 

Salah satu kegiatan apersepsi yaitu dengan mengecek kehadiran siswa, yang dilakukan pada saat akan memulai pembelajaran. Fungsi kegiatan mengecek kehadiran siswa, selain sebagai salah satu bentuk untuk mengkondisikan awal pembelajaran, juga untuk menegakkan disiplin. Belajar adalah proses aktivitas, siswa akan efektif belajar jika secara langsung (fisik) mengikuti pembelajaran. Menurut Piaget, salah seorang ahli psikologi bahwa proses belajar siswa dilakukan melalui alat indera yang dimilikinya antara lain yaitu melalui pendengan (auditif), penglihatan (visual), taktil (perabaan) dan kinestetik yang bersifat keterampilan.

2) Mengecek pemahaman siswa 

Bentuk lain dari kegiatan apersepsi yaitu melalui pengecekan terhadap pemahaman siswa berkenaan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya, dan mengaitakannya dengan materi yang akan dipelajari. Salah satu pengecekan terhadap pemahaman siswa ini, yaitu untuk mengetahui sejauhmana materi yang telah dipelajari dikuasai oleh siswa. Setelah diketahui tingkat pemahaman siswa, maka akan menjadi bahan masukan sekaligus menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam kegiatan tindak lanjut pembelajaran. 

 Andaikata dari hasil pengecekan itu hampir sebagian besar siswa belum menguasai terhadap materi yang telah disampaikan sebelumnya, maka sebelum mempelajari materi baru, lebih baik dilakukan pengulangan terlebih dahulu terhadap materi yang belum dikuasainya (program remedial). Pengecekan terhadap tingkat pemahaman siswa bukan hanya terhadap materi yang sudah dipelajarinya, akan tetapi bisa dilakukan untuk mengecek terhadap materi yang akan diberikan. Dalam istilah pembelajaran pengecekan atau memberikan tes terhadap materi baru yang akan diberikan disebut dengan Pre-test, yaitu suatu tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diberikan (raw-input). 

Menurut teori konstruktivisme, siswa telah dibekali dengan berbagai pengalaman yang diperoleh dari berbagai aktivitas dan kegiatan belajar yang dilakukannya. Oleh karena itu menurut konstruktivisme, siswa datang ke sekolah tidak dalam keadaan hampa. Dengan demikian tugas guru adalah mengkonstruksi terhadap pengalaman yang dimilikinya itu, salah satu diantaranya yaitu dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat, merespon terhadap materi yang akan diberikan. 3) Menyampaikan atau menjelaskan tujuan/kompetensi Sejak awal atau pada saat akan memulai pembelajaran, terlebih dahulu siswa harus memiliki kejelasan terhadap tujuan atau kompetensi yang harus dicapai dari kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya. Kejelasan tujuan atau kompetensi yang disampaikan bukan hanya keterkaitan dengan materi pembelajaran saja, melainkan lebih luas lagi yaitu manfaat apa yang akan didapat siswa dari materi yang akan dipelajarinya. Manfaat tersebut untuk dirinya dan kehidupan yang lebih lusa, baik saat ini atau dimasa yang akan datang. Oleh karena itu yakinkan kepada siswa bahwa materi atau kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan itu penting, sehingga dari dirinya akan timbul rasa ingin tahu, berniat untuk mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian dan motivasi yang tinggi. 

 Secara teknis atau redaksional penyampaian tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa pada saat memulai pembelajaran, tidak harus sama persis dengan rumusan tujuan yang ada dalam persiapan mengajar (Satpel). Maksudnya sama, akan tetapi guru dapat merekanya dengan bahasa yang menarik dan mudah dimengerti oleh siswa. Bahkan kalau bisa diusahakan agar siswa tidak merasakan secara langsung sebagai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu ketika menyampaikan tujuan, bisa dirumuskan dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi, mempertentangkan antara kondisi yang terjadi dengan yang seharusnya, mengungkapkan pengalaman hidup seharihari dan lain sebagainya. 

 4) Menjelaskan kegiatan (pengalaman) belajar yang akan dilakukan 

Setelah tujuan atau kompetensi pembelajaran yang akan dicapai jelas dipahami oleh siswa, sejak awal pembelajaran siswapun harus sudah memiliki arah yang jelas mengenai kegiatan pembelajaran yang harus dilakukannya. Misalnya apakah melalui diskusi, membaca secara analisis, melakukan percobaan, simulasi dan mendemonstrasikan, memecahkan masalah, observasi lapangan, mengamati dan lain sebagainya. Setiap jenis kegiatan atau pengalaman belajar yang akan dilakukan tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan, karakteristik materi maupun ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung pembelajaran.

Last modified: Tuesday, 13 April 2021, 1:08 AM