Hakikat pendidikan sepanjang hayat

Hakikat Pendidikan Sepanjang Hayat

Pendidikan dan belajar sepanjang hayat didefinisikan sebagai pengembangan potensi manusia melalui proses yang medukung secara terus menerus yang menstimulasi dan memberdayakan individuindividu agar memperoleh semua pengetahuan, nilainilai, keterampilan-keterampilan, dan pemahaman. Semuanya itu akan diperoleh dalam keseluruhan hidup individu dan kemudian menerapkannya dengan penuh percaya diri, penuh kreativitas, dan menyenangkan dalam seluruh peran, iklim, dan lingkungan (Longworth dan Davies, 1996:22). 

Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) merupakan suatu gagasan atau konsep, bahkan direkomendasikan sebagai suatu konsep induk dalam upaya inovasi pendidikan. Dengan kata lain PSH bukanlah merupakan suatu jalur ataupun satuan dan atau program (sebagaimana ditegaskan dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003), melainkan sebagai suatu ide yang menjadi landasan pengembangan jalur ataupun satuan pendidikan. Hal ini perlu ditegaskan bahwa UUSPN No. 20 tahun 2003 memberi arahan bahwa pendidikan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Dilihat dari cakupannya, PSH menurut Gestrelius (1997), meliputi interaksi belajar-membelajarkan, penentuan bahan belajar, metode belajar, lembaga penyelenggara pendidikan, organisasi penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi lingkungan pendukung kegiatan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pendidikan sesungguhnya dapat berjalan dalam berbagai lingkungan kehidupan. 

Salah satunya program pendidikan nonformal yang meliputi kegiatan belajar sebaya (peer group), upaya peningkatan taraf hidup keluarga, belajar di perpustakaan, belajar dalam lingkungan kerja, lapangan usaha, lembaga-lembaga penyelenggara program pendidikan maupun dalam semua kegiatan yang ada dan berkembang di dalam masyarakat. Belajar sepanjang hayat merupakan proses kontinum dari elemen-elemen yang saling berkaitan (interdependent), yang dilandasi oleh kebutuhan individu dalam pendidikan sepanjang hidupnya. 

Longworth dan Davies (1996) melukiskan proses belajar sepanjang hayat yang merentang dari pendidikan formal, nonformal hingga informal. Aksis A – pemelajar - adalah nilai, keterampilan, dan atribut belajar sepanjang hayat yang akan membawa pemelajar ke arah kemajuan melalui siklus belajar sepanjang waktu sebagaimana ditunjukkan dalam Aksis B. Aksis B adalah sepanjang hayat - tingkat perbedaan perjalanan hidup semua pemelajar ditempuh melalui perolehan pengetahuan dan pemahaman, melalui sistem belajar formal hingga sistem belajar informal. Aksis C adalah belajar - merupakan seperangkat pendukung dari sistem belajar sepanjang hayat di mana pemelajar beradaptasi dengan kebutuhan belajarnya. 

Gambar di bawah ini menunjukkan proses belajar sepanjang hayat yang berlangsung secara kontinu.


Proses belajar dalam lingkup pendidikan sepanjang hayat dapat ditempuh dengan berbagai cara. Misalnya, seseorang yang ingin mempelajari teknik-teknik membuat barang kerajinan tangan, memasarkan hasil produksi, dan mengelola unit usaha maka mungkin ia dapat menempuh langkah-langkah berikut. 1. Menyaksikan atau mengamati orang lain melakukan kegiatan tertentu yang diinginkan. 2. Membantu orang lain yang membuat barang atau melakukan usaha. 3. Ikut serta bersama orang lain yang melakukan kegiatan. 4. Mengerjakan sendiri pekerjaan kegiatan tertentu (Sudjana, 2004). 

Melalui salah satu atau beberapa langkah tersebut maka ia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan atau aspirasinya untuk mencapai kepuasan dalam peningkatan diri. Aspek tingkah laku inilah yang perlu ditingkatkan ke arah yang lebih baik karena perubahan aspek tingkah laku tersebut akan mempengaruhi peningkatan taraf hidup dan kehidupan peserta didik. 

Proses belajar sepanjang hayat harus menempatkan nilai-nilai kecakapan hidup (life skills) sebagai muatan strategis yang terintegrasi dengan materi belajar sepanjang hayat. Nilai kecakapan hidup dan kecakapan sosial dalam dunia belajar sepanjang hayat akan sangat baik bila dikembangkan melalui sistem kemitraan (partnership system) dengan melibatkan orangtua, gubernur, organisasi profesi, kelompok minat, dan industri. 

Dalam gambar berikut terlihat ada sepuluh daftar kecakapan hidup paling atraktif bagi pengembangan wawasan dan nilai belajar sepanjang hayat.


Pentingnya belajar dari dan dalam dunia kehidupan nyata tidak terbatas pada upaya untuk memiliki dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan aspirasi saja. Lebih jauh dari itu kegiatan belajar mencakup segi-segi kehidupan yang lebih luas seperti nilai keagarnaan, hubungan sosial, adat istiadat, dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat. Kegiatan belajar diperlukan pula untuk menyesuaikan diri dengan perubahan positif yang terus berkembang dalam kehidupan. Dengan perkataan lain kegiatan belajar sepanjang hayat adalah untuk menyiapkan diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.


Last modified: Friday, 22 November 2024, 3:35 PM