Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat

Aktualisasi akhlak dalam kehidupan masyarakat dapat tercermin melalui aktivitas yang dilakukan sehari-hari antara lain :

    1. Akhlak terhadap diri sendiri

    2. Akhlak terhadap Allah

    3. Akhlak terhadap sesama manusia

    4. Akhlak terhadap makhluk lain dan lingkungan alam.


1. Akhlak terhadap Diri Sendiri

Sebagaimana firman Allah di atas (surat Luqman (31) ayat 18-19) yang telah memberikan bimbingan kepada kita agar dapat berkelakuan baik terhadap diri kita sendiri misalnya berjalan dengan cara yang sederhana dan bersuara dengan suara ringan dan lemah lembut sehingga dengan demikian kita tidak mengganggu atau merugikan orang lain.

Selain dari ayat tersebut di atas, kita dapat juga berakhlak terhadap diri kita sendiri dengan cara:

  • Istiqamah dalam pendirian / tetap pendirian, sebagaimana firman Allah dalam surat Hud (11) ayat 112 :

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ................

Artinya : “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana yang diperintahkan kepadamu….”

Selanjutnya akhlak terhadap diri sendiri ini juga kita lakukan dengan cara :

  • Ikhlas dalam beramal, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisaa’ (4) ayat 146:

..........وَأَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلهِ...........

artinya : “…..dan orang-orang yang tulus ikhlas melaksanakan agama mereka karena Allah….”

2. Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah dapat kita lakukan tidak lain adalah dengan cara:

    1. Menyembah-Nya dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisaa’ (4) ayat 36 :

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَ تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا.................

Artinya : “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun…............”

    1. Khusyu’ dalam beribadah sebagaimana firman Allah dalam surat al-Mu’minun (23) ayat 1-2

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ . اَلَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلاَتِهمْ خَاشِعُوْنَ

Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam melaksanakan shalatnya.”

3. Akhlak terhadap Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia, dapat kita lakukan baik terhadap orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga, lawan jenis, teman sebaya / sejawat maupun terhadap lain agama, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisaa’ (4) ayat 36 :

وَبِا لْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقَرْبَى وَالْجَارِ ذِى الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيْل وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ...........

Artinya : “….dan berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu…”

Wanita dan pria berderajat sama di sisi Allah, demikian pula mengenai hak dan kewajiban dalam hal-hal tertentu juga sama dan dalam hal-hal lain berbeda. Hal ini sesuai dengan fitrah kejadian dan fungsi masing-masing yang sama-sama berbeda. Pergaulan antara pria dan wanita ada yang mengarah kepada pergaulan yang baik dan ada yang mengarah kepada pergaulan yang buruk. Dalam hal ini Islam memperkenankan pergaulan yang baik antara pria dan wanita sesuai dengan tatakrama dan nilai-nilai kesopanan yang akan melahirkan generasi-generasi yang sah.


Firman Allah dalam surat an-Nisaa’ (4) ayat 19 :

........وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ.........

Artinya : “….dan bergaullah dengan mereka secara patut…”

Ayat tersebut bukan hanya menunjukkan kepada kita tentang pergaulan suami istri tetapi juga menunjukkan tentang pergaulan sebagai teman antara pria dan wanita dalam semacam kegiatan belajar, gotong royong, kerja kelompok dll, tidak dilarang oleh agama dengan syarat memperhatikan norma-norma dan akhlakul karimah.


    4. Akhlak terhadap Makhluk-Makhluk lain Ciptaan Allah dan Lingkungan Alam

Diantara anugerah Allah kepada manusia adalah diciptakan-Nya tumbuh-tumbuhan. Sebahagian besar makanan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan. Demikian pula makanan binatang-binatang ternak, sebahagian besar adalah tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam jenisnya.

Akhlak manusia yang baik terhadap tumbuh-tumbuhan menurut pandangan syari’at Islam ialah membiasakan memelihara dan melestarikan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan apa saja yang ada di dunia diciptakan oleh Allah untuk ummat manusia, agar diambil manfaatnya bagi kehidupan di dunia.Firman Allah dalam surat al-Baqarah (2) ayat 29:

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَا فِى اْلأَرْضِ جَمِيْعًا..............

Artinya : “Dia-lah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu semuanya……”

Karena tumbuh-tumbuhan adalah karunia Allah swt, maka manusia berkewajiban untuk memelihara karunia tersebut dan menggunakannya sesuai dengan petunjuk yang memberi karunia, yakni Allah memelihara tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan cara menanam atau membudi dayakannya, memberinya pupuk, menyiramnya dan menjaganya agar tidak diserang atau dirusak oleh hama. Sedangkan memanfaatkan tumbuhan adalah mengkonsumsi atau menggunakannya sesuai kebutuhan, tidak berlebih-lebihan dan semua pemanfaatannya ditujukan untuk memperkuat diri kita beribadah kepada Allah swt.

Selain itu kita harus memiliki akhlak yang terpuji terhadap hewan. Alam hewan sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan makhluk hidup lainnya, khususnya manusia. Manusia juga dapat belajar mengenai bermacam hal dari hewan. Islam menganjurkan kita untuk saling bersikap kasih sayang.

Islam mewajibkan setiap pemeluknya untuk menyayangi hewan. Meskipun hewan diciptakan Allah, namun tidak dibenarkan untuk semena-mena terhadap hewan tersebut. Bila kita memeliharanya maka kita harus memberinya cukup makan, memberinya perlindungan, dan menyediakan tempat kediamannya seperti kandang atau yang lainnya. Jika kita ingin memakannya maka kita harus terlebih dahulu menyembelihnya dan menggunakan pisau yang tajam, agar hewan tersebut segera mati dan tidak lama penderitaannya.

Sabda Rasul saw :

إِنَّ اللَهَ كَتَبَ اْلأِحْسَا نَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِدَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ وَالْيَحِدْ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَالْيَرِحْ ذَبِيْحَتَهُ. (رواه مسلم)

Artinya : “Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik terhadap segala sesuatu, maka apabila kamu membunuh (tumbuh-tumbuhan), hendaklah membunuh dengan baik, dan apabila kamu menyembelih maka sembelihlah dengan baik dan hendaklah kamu menajamkan pisaumu, dan hendaklah hewan sembelihan itu disenangkan (dengan cara memberi makan sebelum disembelih).” (HR. Muslim).

Dengan demikian, kita boleh membunuh binatang yang membahayakan atau merugikan. Kita diperintah untuk membunuhnya asal saja ketika melaksanakannya tidak didahului dengan penyiksaan, seperti menyirami tikus dengan minyak tanah kemudian baru membakarnya. Bunuhlah binatang itu dengan alat yang menyebabkan binatang tersebut segera mati sehingga tidak merasa tersiksa.

Berakhlak terhadap lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam dimana kita berada. Memakmurkan alam adalah mengolah sumber daya yang ada di alam ini sehingga dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam ini.

Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat ganda. Sebaliknya, alam yang dibiarkan atau hanya diambil manfaatnya akan meendatangkan malapetaka bagi manusia. Kita dapat menyaksikan dengan jelas bagaimana akibat yang ditimbulkan oleh akhlak yang buruk terhadap lingkungan seperti hutan yang dieksploitasi tanpa batas sehingga melahirkan malapetaka kebakaran hutan yang menghancurkan tanaman hutan dan habitat hewan-hewannya. Eksploitasi kekayaan laut tanpa memperhitungkan kelestarian ekologi laut telah menimbulkan kerusakan hebat, baik habitat hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sayangnya semua itu dilakukan semata-mata untuk mengejar keuntungan ekonomi yang bersifat sementara, namun akibatnya mendatangkan kerusakan alam yang parah dan tidak bisa direhabilitasi dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Firman Allah dalam surat ar-Rum (30) ayat 41 :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى البَرِّ وَالبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”


Last modified: Monday, 15 June 2020, 11:13 AM