6.5 Evidence for hospital based care
Evidence for hospital based care (Perawatan berbasis Rumah Sakit berdasarkan bukti)
Definisi Evidence based practice :
Menurut Greenberg & Pyle(2006) dalam Keele(2011) :
“Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan
Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011)
Evidence-Based Practice in Nursing adalah penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise),serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.
Evidence based practice (EBP) bukan merupakan konsep yang baru didunia keperawatan. Memang kalau dilihat sejarahnya, konsep EBP ini diambil dari ilmu kedokteran yang selanjutnya di adopsi dan disesuaikan dengan ilmu keperawatan, tapi keduanya memiliki fondasi yang sama dengan tujuan yang juga tidak jauh berbeda.
Tujuan dari EBP adalah tiada lain dan tiada bukan adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan pelayanan yang
selalu mendahulukan keselamatan pasien dan pada akhirnya membantu untuk
menurunkan hospital costs.
EBP sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses yang digunakan untuk memanfaatkan atau menggunakan evidence atau bukti (Research dan quality improvement), decision making dan nursing expertise untuk membimbing dalam pemberian asuhan keperawatan atau pelayanan yang holistic kepada pasien.
EBP pada dasarnya sangat diperlukan untuk dapat mencapai patient outcomes, menghindari intervensi yang tidak perlu dan tidak sesuai dan tentu saja mengurangi/menghindari komplikasi hasil dari perawatan dan juga pengobatan.
PICOT adalah sebuah singkatan yang mewakili satu rumusan ‘clinical question’.
P= patient population. Siapa yang menjadi populasi yang menderita masalah ?
I=Intervention dapat berupa new evidence-based intervention. Intervensi keperawatan seperti apa yang kira-kira menyebabkan masalah bagi pasien, bagi organisasi, bagi perawat?
C= Comparison intervention, dapat berupa intervensi standard atau intervensi yang biasanya dilakukan.
O= Outcome(s), dapat berupa pengetahuan, praktik/process dan pasien.
T=time.
Kasus 1
Rumah sakit jiwa S yang terletak di kota L sering mendapatkan pasien yang datang dengan masalah yang sama, yaitu tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan diluar rumah sakit dan tidak disiplin minum obat. Rumah sakit jiwa s masih menerapkan kebijakan untuk rawat terpisah antara pasien dan keluarganya. Pasien juga wajib untuk mengenakan pakaian yang diberikan oleh rumah sakit. Pasien tinggal bersama pasien lainnya dalam bangsal keperawatan. Gaya perawatan seperti ini dapat digolongkan sebegai perawatan tradisional. Meskipun rumah sakit sudah menerapkan kebijakan untuk pembatasan hari rawat, tapi rumah sakit juga tidak dapat melakukan apa-apa, karena pasien yang kebanyakan adalah pasien yang sama/pasien lama terus datang dan terkadang datang dengan masalah yang sangat serius dan membutuhkan perawatan rawat inap atau inpatient. Rumah sakit sudah melakukan banyak cara seperti melatih pasien untuk melakukan asuhan keperawatan jiwa kepada pasien dan juga kepada keluarga dengan melakukan home visit. Pasien dan keluarga bahkan sudah diajarkan untuk menghafal obat-obatan yang harus diminum secara rutin oleh pasien. Tapi, semua hal yang diupayakan tetap tidak dapat menurunkan jumlah pasien yang kembali ke rumah sakit (lagi). Kepala rumah sakit bahkan mengatakan bahwa, “Terapi gagal!”. Untuk memecahkan masalah ini, Perawat M yang merupakan kepala ruangan A membawa gagasan agar manajemen rumah sakit mulai menerapkan atau menggunakan Millieu Therapy untuk merawat pasien. Manajemen rumah sakit setuju dengan ide ini dan mulai mendiskusikan persiapannya.
Catatan: Kasus ini adalah fiktif belaka. Mohon tidak dianggap terlalu serius.
Dari kasus diatas, kita dapat menyusun pertanyaan dengan menggunakan rumusan PICOT sebagai berikut.
P= Terjadi peningkatan dan tidak ada tanda-tanda penurunan jumlah pasien lama yang masuk ke rumah sakit karena masalah tidak mampu beradaptasi dan gagal manajemen obat.
I= Perawatan tradisional yang masih memisahkan keluarga dengan pasien.
C= Millieu therapy; meningkatkan fungsi lingkungan sebagai media untuk mencapai kesembuhan.
O= pasien mampu beradaptasi dengan cepat dan mudah dari lingkungan rumah sakit menuju lingkungan rumah/social diluar rumah sakit.
T= Masa perawatan pasien di rumah sakit.
Berdasarkan rumusan PICOT diatas, kita dapat merumuskan kalimat masalah menjadi sebagai berikut.
Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa, apakah efek dari perawatan pasien secara tradisional jika di bandingkan dengan perawatan pasien dengan menerapkan millieu therapy dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi pasien dari lingkungan rumah sakit menuju lingkungan rumah/social di laur rumah sakit ?.
Ketika kita berhasil merumuskan masalah seperti ini, kita dapat melanjutkannya dengan langkah EBP selanjutnya yaitu mencari sumber-sumber pustaka dan mengalisanya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
http://repo.unand.ac.id/15473/26/Konsep%20Evidence%20Based%20Practice.pdf