Pendidikan Kebidanan Pada Zaman Kemerdekaan
PENDIDIKAN
KEBIDANAN PADA ZAMAN KEMERDEKAAN
Pendidikan Kebidnan Pada zama kemerdekaan dapat kita lihat pada keterangan berikut ini :
- Pada
tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia
minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk
menolong persalinan cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang
disebut Penjenjang Kesehatan E atau Pembantu Bidan.Pendidikan ini dilanjutkan
sampai tahun 1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan
SMP ditambah 2 tahun kebidanan dasar. Lulusandari PK/E sebagian besar
melanjutkan pendidikan bidan selama dua tahun. 8 Tahun 1953 dibuka Kursus
Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya kursus antara 7 sampai dengan 12
minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah
untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA
dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai
bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup
(discountinued).
- Tahun
1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan
perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini
berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang
menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur
menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP). Pendidikan inimenerima calon dari lulusan
sekolah perawat dan sekolah bidan.
- Pada
tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari Sekolah
Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah
Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK).Pendidikan ini tidak dilaksanakan
secara merata diseluruh provinsi.
- Pada
tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak,
Departemen Kesehatan (Depkes) melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga
kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat
Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di lapangan di mana
salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya
perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan
seorang bidan, maka tujuan pemerintahagar SPK dapat menolong persalinan tidak
tercapai atau terbukti tidak berhasil.
- Pada
tahun 1975 - 1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga selama10 tahun
tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada dan
hidup secara wajar.
- Tahun
1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan Diploma I
Kesehatan Ibu dan Anak. Pendidikan ini hanya berlangsung 1tahun dan tidak
dilakukan oleh semua institusi.
- Pada
tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut (PPB) yang
menerima lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya
dikembalikan kepada institusi yang mengirim.
- Tahun
1989 dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional yangmemperbolehkan
lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal
sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A).Lama pendidikan satu tahun dan
lulusannya ditempatkan di desa-desa. Untuk itu pemerintah menempatkan seorang
bidan di tiap desa sebagai pegawai negeri sipil (PNS Golongan II).
- Mulai
tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (BidanPTT) dengan
kontrak selama tiga tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat diperpanjang
2x3 tahun lagi.Penempatan bidan ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga
kesehatan berubah. Bidan harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya
kemampuan klinik, sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi,
konseling dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan
taraf kesehatan ibu dan anak. Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan
dengan peserta didik cukup besar.
- Diharapkan
pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki kemampuan dan keterampilan
yang diharapkan seorang bidan professional, karena pendidikan terlalu singkat
dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun waktu 1 tahun akademik,
sehingga kesempatan tingkat kemampuan yang dimiliki seorang bidan juga kurang.
- Pada
tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang peserta didiknya dari
lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama pendidikan satu tahun. Tujuan
program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan
Bidan A. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan klinik kebidanan dari
lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan
yang terlalu singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung
selama dua angkatan (1995 dan1996) kemudian ditutup.
- Pada
tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan Program C (PPB C), yangmenerima lulusan
dari SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 Propinsi yaitu :Aceh, Bengkulu,
Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera), Kalimantan Barat,Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan (Wilayah Kalimantan) , Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian
Jaya. Pendidikan inimemerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam
waktu 6 semester.
- Pada
tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan
Jarak Jauh (Distance learning) di tiga propinsi yaitu JawaBarat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya
peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.Pengaturan penyelenggaraan ini telah
diatur dalam SK Menkes No.1247/Menkes/SK/XII/1994Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ)
adalah DJJ Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan bidan agar mampumelaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak
pada penurunan AKI dan AKB.
- Tahun
1996 dibuka Pendidikan Diploma III Kebidanan dengan raw input dari SMA.
Diterapkan melalui surat keputusa menteri pendidikan dan kebudayaan RI No
009/U/1996 di 6 propinsi dengan menerima calon peserta didik dariSMA. Saat ini
kurikulum DIII kebidanan telah direvisi mengacu pada Kep.Mendiknas 32 tahun
2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan hasil revisi
tersebut telah diserahkan dengan keputusanmenteri kesehatan
RI.No.HK.00.06.2.4.1583.Tahun 2001 tercatat ada 65 institusi yang
menyelenggarakan pendidikan diploma III kebidanan diseluruhIndonesia, sampai
dengan tahun ini tercatat jumlah institusi DIII kebidanan 310.
Pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat daruratan maternal dan neonatal.
Pada tahun 1995-1998 (IBI) bekerjasama langsung dengan mother care melakukan pelatihan bidan Rumah Sakit dan bidan puskesmas serta bidan didesa di Provinsi Kalimantan Selatan.
Last modified: Thursday, 26 September 2024, 11:35 AM