Manusia Ditinjau Dari Persfektif Kristen

I. Latar Belakang Masalah

1. Konsep kita tentang manusia akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tindakan-tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa sering terjadi perbedaan-perbedan sikap, perilaku dalam kehidupan sehari-hari, itu selalu ada hubungannya dengan pemahaman tentang siapa dan bagaimana dia. Pemahaman tentang hakekat manusia menjadi landasan sikap hidup seseorang dalam berperilaku dan bertindak. Misalnya : seorang penganut paham materialisme yang berpikir bahwa manusia itu adalah berasal dari materi dan hidup karena materi maka dia akan selalu bersikap mengutamakan materi, kemudian perilaku dan tindakan-tindakannya cenderung materialistis.

2. Mahasiswa yang diperhadapkan dengan berbagai konsep sekuler tentang siapa dan bagaimanakah manusia itu, perlu meninjau kembali permahamannya tentang siapakah dirinya; dan bagaimanakah dia seharusnya menurut iman Kristen.

3. Pembahasan topik manusia ini sangat penting dan urgen dalam kehidupan modern sehingga, mahasiswa dapat memperbaharui komitmennya untuk hidup lebih kristiani lagi.

II. KAJIAN MATERI

A. Hakekat Manusia

            Membicarakan hakekat manusia sama dengan mempertanyakan apa, siapa dan bagaimana manusia itu. Hal manusia menjadi salah satu pokok penting dalam memahami arti kehidupannya itu, disamping  tentang Allah dan tentang dunia. Terjadinya perbedaan sikap dan perbuatan dalam kehidupan, berdasar pada perbedaan pemahaman tentang manusia juga. Sebelum kita membahas hakekat manusia menurut Iman Kristen, terlebih dahulu pandangan-pandangan non Kristen dibicarakan. Pandangan-pangdangan ini menjadi bandingan bagi kita untuk memahami iman Kristen lebih dalam.

1. Manusia menurut filsafat sekuler

Beberapa aliran filsafat sekuler yang diketengahkan ialah : Materialisme, Atheisme, dan Komunisme.

a) Menurut Matelialisme : manusia pada hakekatnya adalah materi ; inti ajaran materialisme ialah;  bahwa segala sesuatu berasal dari materi, oleh materi dan untuk materi. Manusia itu tidak lebih dari apa yang dimakannya. Kuburan adalah akhir kehidupan  manusia. Nilai manusia diukur dengan nilai materinya. Sadar atau tidak sadar sesungguhnya pandangan ini justru merendahkan hakekat manusia itu sendiri

 

b) Aliran Atheisme sebaliknya mengangkat hakekat manusia sama dengan ilah.

Ludwig Feurbach (1804-1972) mengatakan : “Manusia adalah awal, pertengahan dan akhir dari pada religi”. Setiap bagian ajaran agama adalah usaha untuk mengobjekkan sesuatu keinginan manusia, termasuk Allah;  bagi Atheisme Allah itu sesungguhnya keinginan manusia itu sendiri. Inilah yang disebut “Theori Proyeksi”.

Menurut teori ini, Allah dan ilah-ilah dianggap sebagai keinginan-keinginan hati manusia yang diproyeksikan pada layar alam sementara.

Verkuyl memberii komentar tentang teori ini:

Sebenarnya teori ini mencoba menurunkan Allah dari TahtaNya, lalu mendewakan manusia dan mengangkat manusia ke atas “tahta” sebagai gantiNya.

Menuut Feurbach “Allah” identik dengan manusia dan kemudian ia membuat manusia itu menjadi suatu “Allah”

c) Ajaran Komunisme, menitikberatkan hakekat manusia pada kepentingan sosial ekonomi. Hakekat hidup manusia ialah kerja. Dan seluruh kerja manusia diarahkan pada produksi yang bersifat ekonomi. Segala sesuatu yang tidak bernilai ekonomi tidak layak hidup.

2. Manusia menurut agama-agama Non Kristen

a) Agama Primitif (Agama Suku)

Menurut agama primitif secara umum, bahwa manusia dan dunia dipandang dalam suatu kesatuan yang utuh (totalisme). Manusia dan sukunya dianggap sebagai dunia kecil (mikro kosmos) sedangkan alam semesta dianggap sebagai dunia besar (makro kosmos). Manusia primitif melihat dunia bukan sebagai objek, melainkan memandang dirinya sebagai salah satu subjek dari banyak subjek yang membentuk dunia ini, artinya manusia itu dipandang sebagai bagian dari dunia.

Menurut konsep totalisme primitive, hubungan manusia sebagai mikro kosmos bukan seperti hubungan subjek dengan objek, melainkan sebagai hubungan sesama subjek. Yang perlu dipelihara dalam hubungan sesama subjek itu ialah agar terpelihara ketertiban dan keseimbangan kosmos. Jika terjadi suatu bencana, bahaya, hama atau peristiwa-peristiwa yang tidak diingini, maka hal itu adalah disebabkan karena adanya gangguan terhadap tata tertib kosmos.

Manusia menurut agama primitive, bertanggung jawab kepada alam, dengan cara ikut memelihara ketertiban dan keharmonisan dalam alam. Di pihak lain juga, orang primitif memandang dunia ini penuh dengan daya-daya gaib (Dinamisme); adanya roh-roh yang mendiami tempat-tempat tertentu, (Animisme)

Manusia dapat memperoleh dan berhubungan dengan daya-daya gaib dab roh-roh itu, kemudian dapat juga mempergunakan daya-daya gaib itu untuk kepentingannya.

Disatu pihak manusia primitif takut terhadap daya-daya gaib dan roh-roh itu, tetapi di pihak lain mereka berusaha menguasai dan mempergunakannya.

Catatan : Manusia primitif tidak bertanggung jawab kepada Allah melainkan kepada alam semesta.

b) Agama Hindu

Menurut ajaran agama Hindu, manusia itu sendiri dari tiga unsur yakni: Atman. Jiwa dan Angga. Jika manusia itu diperumpamakan seperti sebuah mobil, maka Atman adalah penggeraknya, Jiwa adalah pengendalinya dan Angga adalah kerangkanya. Jiwa dan Angga itu sifatnya fana, hancur pada saat manusia itu mati . tetapi Atman adalah bagian inti dari manusia, dan sifatnya kekal.

Atman adalah berasal dari Brahman. Brahman ialah yang mutlak dan yang sempurna. Jika manusia mati maka atmannya pun menjelma pada bentuk-bentuk yang lain, sesuai dengan karmanya.

Atman itulah yang lahir berulang-ulang (re-inkarnasi). Apabila atman itu telah bersatu dengan Brahman maka itulah yang disebut suasana Moksa, saat itulah lenyap segala perbedaan. Manusia itu memperoleh kesempurnaan. Moksa adalah tujuan hidup.

Status/ keberadaan manusia (atman, jiwa, angga) ditentukan oleh karma  seseorang itu. Apabila karmanya baik maka status keberadaannya semakin tinggi dan terhormat, tetapi apabila karmanya jelek, maka status keberadaannya semakin rendah.

Karma artinya perbuatan-perbuatan yang dilakukan sesuai dengan darma. Darma artinya : ajaran-ajaran agama dan hukum-hukum yang terdapat pada kitab suci.

Catatan : Agama Hindu tidak mengenal Allah sebagai pencipta, tidak mengenal perbatasan antara Allah dan ciptaan.

c) Agama Budha

Menurut agama Budha, manusia adalah suatu : “Nama-Rupa”, artinya ia terdiri dari “nama” (roh) dan “rupa” (tubuh). Di dalam kehidupannya psychophysis “Nama-Rupa” ini bekerja dengan mempergunakan perasaan, pengertian, kesadaran, assosiasi dan lain-lain (Skanda).

Tetapi “Nama-Rupa” yang disebut manusia itu tidak mempunyai kepribadian. Ia adalah  a-natta (tanpa jiwa). Manusia itu bukanlah suatu “kenyataan” yang tetap.

Segala perkataan dan perbuatan manusia akan binasa. Manusia itu dapat mengerti bahwa seluruh kehidupan ini adalah sia-sia dan tidak mempunyai kehidupan sebagai pribadi, hanya dengan cara : memahami dan menuruti Dharma. Jika manusia itu menuruti Dharma, maka dia akan terlepas dari persangkaan tentang kehidupan sebagai pribadi. Dharma artinya norma, hukum keadilan, tata tertib semester alam.

Hidup manusia itu menjadi binasa adalah karena nafsu. Selama nafsu (tanha) masih dimiliki manusia itu maka dia tidak akan sampai kepada kebebasan, kesempurnaan. Menurut ajaran agama Budha, agar manusia sampai kepada kesempurnaan (nirwana), maka dia harus menghilangkan hawa nafsu dan egoisme.

d) Agama Islam

Terjadinya manusia menurut ajaran agama Islam dapat diuraikan sebagai berikut: manusia pertama (Adam) diciptakan langsung dari tanah. Keturunan manusia pertama diciptakan melalui proses dari saripati air yang hina. Sehingga memperoleh bentuk yang sempurna .

Sura 32 ayat 7-9 : “yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya roh ciptaannya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hari ; tetapi kamu sedikit bersyukur.

Jelas sekali bahwa ajaran Islam menegaskan tentang konsep penciptaan ; Hakekat manusia adalah berasal dari ciptaan Allah. Hidup menurut Islam bukan hanya kehidupan duniawi, tetapi berkelanjutan sampai kehidupan akhirat (ukhrawi).

 Hidup di dunia adalah sebagai masa bakti. Manusia disebut “abdi” artinya hamba. Di tangan Allah, manusia bagaikan  suatu alat yang dipergunakan Allah. Sikap muslim yang  tunduk sujud pada saat sholat, adalah  menggambarkan posisi manusia sebagai hamba yang tidak layak berhadapan dengan Allah yang Mahabesar.

Disatu pihak posisi manusia adalah sebagai hamba yang rendah dihadapan Allah, tetapi dipihak lain amal dan perbuatan manusia (perbuatan baik) akan diperhitungkan sebagai pahala. Apa yang dipetik di akhirat adalah hasil tanaman di dunia, amal baik akan berbalas baik, amal, buruk akan berbalas buruk. Menurut Islam ada lima tahap yang dialami oleh manusia dari awal kejadiannya sampai dengan tempat akhirnya, yakni:

Pertama Alam roh      : ialah suatu alam yang tidak  diberitahukan letaknya dan susunannya oleh Allah. Seperti dikatakan dalam Quran : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh, katakanlah roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit”. (Al-Ismo) (S.17:85).

Kedua Alam Arhaam : ialah alam kandungan dalam rahim ibu. ”Dialah yang membentuk         kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakinya      (Ali Imran ayat 6).

Ketiga Alam Dunia     : yaitu alam yang dialami manusia setelah dia dilahirkan oleh ibunya.

Keempat Alam Barzah            : yaitu alam diseberang kuburan, setelah manusia meninggalkan alam fana. Alam ini merupakan awal dari alam akhirat. Alam barzah disebut juga dengan alam-kubur, ini gaib seperti alam roh.

Kelima Alam  Akhirat : yang disebut juga alam baka. Artinya alam terakhir yang abadi, tiada berkesudahan. Apa yang diperoleh di akhirat adalah balasan dari apa yang dilakukan manusia di dunia; Amal baik berbalas baik, amal buruk berbalas buruk.

Satu lagi pandangan Islam yang penting tentang manusia ialah: Bahwa manusia yang baru lahir adalah suci, bersih dari dosa, tidak mengetahui apa-apa. Surat Al-Nahl ayat 78 mengatakan : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dengan tidak mengetahui sesuatu apapun, kemudian Dia jadikan buatmu, pendengaran dan penglihatan dari hati yang bersyukur kepadaNya”

Dalam suatu hadist Nabi Muhammad menjelaskan bahwa pengaruh orangtualah yang utama meletakkan dasar kepribadian anak itu.

Catatan: Dalam agama Islam, usaha manusia melalui amal yang baik dapat memperoleh keselamatan. Konsep dosa warisan tidak diterima oleh Islam. Manusia berdosa ialah karena manusia itu sendiri melanggar hukum Allah, Apabila manusia tidak melanggar hukum Allah, maka manusia tidak berdosa, itu maka seorang anak baru lahir dianggap bersih dari dosa, karena seorang bayi belum tahu apa-apa.

 

3.  Hakekat Manusia menurut Iman Kristen

a) Dari manakah sumber kehidupan manusia?

Ahli ilmu Alamiah Dasar berkata bahwa : “Sumber kehidupan ialah berasal dari kehidupan sebelumnya”.

Kemudian kalau ditanya lagi : “Dari manakah sumber kehidupan yang pertama”? Ahli evolusi biologis menjawab, “Dari binatang satu sel”. Dan apabila ditanya lagi : “dari mana asal binatang satu sel”? maka mereka akan menjawab, hal itu terjadi secara kebetulan.

Baik Ilmu alamiah dasar, maupun teori evolusi bialogis tidak dapat menjawab pertanyaan : Dari manakah sumber kehidupan : mereka hanya dapat menguraikan dan menjelaskan tentang proses terjadinya kehidupan. Termasuk mengenai asal kehidupan manusia.

Verkuyl mencatat pandangan evolusi biologis tentang manusia. Teori Evolusi-Biologis menganggap “manusia sebagai binatang menyusui yang cerdas, yang pertumbuhannya berlangsung menurut proses evolusi dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi”.

Berarti asal kehidupan manusia itu adalah lanjutan pertumbuhan dari makhluk yang lebih rendah sebelumnya, yang berkembang secara evolusi-biologisnya, maka sampailah pada tingkat status manusia yang bijaksana (homo sapiens) atau manusia sekarang (homo recons).

Menurut Iman Kristen, berdasarkan Alkitab secara tegas dikatakan bahwa asal kehidupan adalah dari Allah. Allah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya (kejadian 1 : 1+26-27; Kejadian 2 : 7; Johanes 1 : 3-4).

b) Manusia adalah ciptaan Allah

Dalam kitab Kejadian 1 dan 2 ; secara jelas ditegaskan bahwa manusia itu bukan berasal dari makhluk hidup yang lebih rendah justru menurut ayat 26-27, dikatakan : “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar dan rupa Allah, pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Segala sesuatu yang diciptakan adalah sangat baik adanya. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah diberikan kebebasan untuk memilih, namun sejalan dengan itu Allah juga memberikan tanggung jawab kepada manusia, untuk menanti aturan yang ditetapkan.

Lalu Tuhan Allah memberi perintah kepada manusia : “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas tetapi pohon pengetahuan tentang baik dan jahat itu, jangan kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakan buahnya pasti engkau mati” (Kejadian 2:16-17).

Di satu pihak, manusia sebagai ciptaan Allah mempunyai posisi yang mulia ; karena dia diciptakan pada akhir penciptaan dengan fungsi tertentu : oleh karena itu manusia disebut Mahkota ciptaan. Allah memberi wewenang kepadanya untuk menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan lainnya (Kejadian 1: 26 ; 2 : 15).

Tetapi di pihak lain, sebagai ciptaan Allah, manusia itu adalah rendah dihadapan Allah. Ciptaan tidak mungkin bermegah dihadapan penciptaannya.  Makanya sikap manusia sebagai ciptaan dihadapan Allah ialah : Bersyukur, bertanggung jawab dan rendah hati.

 

B. MANUSIA DAN TANGGUNG JAWABNYA

Sesuai dengan status hakiki manusia sebagai ciptaan Allah, dan gambar Allah, maka ada beberapa tanggung jawabnya :

1. Manusia mengabdi kepada Allah

Setelah segala sesuatu diciptakan, maka Allah memberikan tugas kepada manusia yaitu : agar manusia bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya (Kejadian 1 : 28). Kemudian Allah menempatkannya di Taman Eden sebagai pengusaha taman itu dan pemelihara ciptaan lainnya (Kejadian 2 : 15).

Manusia memperoleh tugas dari Allah, berarti manusia harus mengabdi ; statusnya adalah  abdi Allah. Dunia ini menjadi tempat manusia mengabdi terhadap apa yang ditugaskan Allah. Pelaksanaan tugas ini adalah sebagaian dari tanggung jawab manusia terhadap Allah.

2. Manusia menguasai dan mengusahai ciptaan lainnya

Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung tentang tugas manusia yang menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan lainnya. Tetapi perlu dijelaskan lagi bahwa jikapun manusia memperoleh wewenang untuk menguasai dan mengusahai ciptaan lainnya, itu tidak berarti manusia diperbolehkan bertindak sewenang-wenang terdapat ciptaan lainnya. Manusia tidak menjadi imperial terhadap ciptaan lain.

Manusia menguasai dan mengusahai adalah dalam rangka memelihara dan mengembangkan ciptaan Allah. Seluruh kegiatan dan tindakan penguasaan dan pengusahaan ciptaan lain adalah merupakan pelaksanaan amanat Tuhan Allah. Manusia harus selalu mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap ciptaan lain kepada Allah.

3. Manusia Kristen menjadi garam dan terang didunia

Orang Kristen mendapat dua macam mandat dari Allah, yaitu mandat budaya dan mandat rohani. Mandat budaya diterima semua manusia secara umum termasuk orang Kristen, tetapi mandat rohani hanya ditunjukkan kepada orang-orang Kristen.

Mandat budaya diterima manusia pada saat penciptaan, yaitu untuk menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan lain.  Sedangkan mandat rohani diterima oleh murid-murid Yesus setelah dipanggil dan diutus pergi ke seluruh dunia.

Mandat rohani meliputi tanggung jawab agar menjadi garam dan terang dunia. Yesus berkata kepada murid-murid atau orang Kristen : “Kamu adalah garam dan terang dunia” (Mat.5:13-16).

Kemudian sesudah Yesus bangkit dari mati dan sebelum naik ke surga, Dia memberi perintah Agung kepada murid-murid : “Pergilah, jadikan semua bangsa muridKu, babtiskanlah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarkan mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”.

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk (Matius 28:19-20, Markus 16:15). Dalam konteks budaya, orang Kristen mendapat tanggung jawab yang sama dengan manusia lain. Tetapi dalam konteks kerajaan Allah, orang Kristen memperoleh tanggung jawab menjadi garam dan terang dunia.

Sebagai garam dan terang dunia orang Kristen berperan memberikan kualitas dan baik ditengah-tengah dunia. Dan juga berkewajiban menunjukan sesuatu yang lebih baik kepada dunia, sehingga dunia dapat melihat perbuatan-perbuatan  yang baik dan memuliakan Allah di sorga. Sebagai garam dan terang, orang Kristen tidak akan menjadi perusak dan penindas kehidupan dunia.

4. Orang Kristen turut menyelamatkan Dunia

Jika seorang Kristen menyadari dirinya sebagai ciptaan Allah dan juga sebagai makhluk dunia yang membutuhkan ciptaan lainnya, maka tidak boleh tidak akan senantiasa memberikan perhatiannya pada masalah dunia.

Masalah-masalah dunia yang sering mengganggu kepentingan dan kebutuhan manusia antara lain : polusi, erosi, hama, wabah penyakit, perang, diskriminasi, kemiskinan dan lain-lain. Terjadinya masalah-masalah ini tidak lepas dari pada tanggung jawab manusia, khususnya orang Kristen.

Manusia sering menjadi penyebab dari kesukaran-kesukarannya sendiri. Demi mempertahankan dan meningkatkan mutu kehidupannya, manusia terutama orang Kristen, terpanggil dan bertanggung jawab menyelamatkan dunia sekitarnya. Arti penyelamatan yang dimaksud ialah suatu perbaikan, penyembuhan, pembebasan dan pemeliharaan dunia sekitar yang dibutuhkan.

Tindakan penyelamatan ini di satu pihak merupakan pemenuhan kebutuhan manusia sendiri, tetapi dipihak lain adalah merupakan pertanggungjawaban manusia, orang Kristen terhadap mandat yang sudah diperoleh dari Allah. Oleh karena itu orang Kristen harus menyadari bahwa sebagai ciptaan Allah dan sebagai mandataris Allah mereka mempunyai tanggung jawab kepada Allah ; Dan tanggung jawab itu diwujudkan sekaligus dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari.

 

C. MANUSIA DAN CIPTAAN LAIN

1. Hubungan manusia dengan ciptaan lainnya

Di satu pihak manusia mempunyai kedudukan istimewa diantara ciptaan lainnya. Manusia disebut gambar dan rupa Allah. Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab untukk menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan lainnya, manusia disebut mahkota ciptaan. Tetapi di pihak lain manusia juga terikat dengan ciptaan lainnya. Dalam riwayat penciptaan Allah lebih dahulu menciptakan ciptaan lainnya, baru pada hari terakhir Allah menciptakan manusia.

Mengapa manusia diciptakan setelah ciptaan lainnya? Hal ini dapat dipahami dari rencana Allah yang bertanggung jawab ; Allah lebih dahulu menyediakan apa yang dibutuhkan manusia, baru manusia diciptakan.

Allah telah merencanakan bahwa manusia dapat hidup jika didukung oleh ciptaan lainnya. Memang hidup itu datangnya dari Allah, tetapi hidup itu berlanjut dengan dukungan ciptaan-ciptaan Allah lainnya. Segera setelah manusia pertama diciptakan, Allah berfirman kepadanya : “Lihatlah aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji itulah akan menjadi makananmu (Kejadian 1 : 29)”.

Juga dalam sejarah manusia, dalam hubungan dengan Allah. Manusia sering menggunakan binatang dan tumbuhan (ciptaan lain) untuk memuja Allah. Hak itu sudah di mulai pada masa Kain dan Habel mempersembahkan hasil tumbuh-tumbuhanya dan dari hasil ternak-ternaknya( Kejadian 4:3-4)

Yesus sendiri mengakui bahwa “roti” adalah salah satu sumber kehidupan: ada tertulis,”manusia hidup bukan dari roti saja” (Matius 4:4 dikutip dari ulangan 8:3). Dalam doa Bapa Kami, yang di ajarkan Yesus di katakan : “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami secukupnya (Matius,6,11) Istilah makanan secukupnya disebut”Artos” (Bahasa Yunani) artinya “roti”

Kalau disimak lebih mendalam bahwa roti itu adalah hasil olahan dan ciptaan lainya. Bahan bakunya adalah terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Dengan demikian jelaslah bahwa manusia itu tidak dapat di lepaskan dari hubunganya yang prinsipil dengan ciptaan lainya.

2. Manusia bebas dan terikat dengan ciptaan lainnya

Dalam satu uraian tentang hubungan manusia dengan dunia ciptaan lainnya :R. Oranye pernah menuliskan sebagai berikut : “Nisbah antara manusia dan dunia dapat di lihat dari segi .yaitu: kebebasan dan keperluan,” Manusia dengan sikap bebasnya terhadap ciptaan lain dengan pikiran dan tindakanya. Tetapi di pihak lain manusia terikat kepada cipataan lain.

   Orang Kristen telah memperoleh keselamatan dan kuasa dari Allah . maka di satu pihak dia bersikap bebas terhadap dunia dan ciptaan lain, tetapi di pihak lain orang Kristen merasa terikat dengan ciptaan lain, karena ciptaan lain merupakan keperluan dan kebutuhan hidup dalam dunia(L. Oranye : menyebut dengan istilah keperluan , tetapi adalah lebih tepat di katakan dengan istilah kebutuhan).

   L. Oranye mengatakan lagi bahwa : “manusia tak pernah dapat dilepaskan dari dunia,” Yesus sendiri berkata tentang murid-muridnya,”Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya engkau melindunginya “(mereka) dari yang jahat”. (Johannes 17:15).

3.  Manusia bertanggung jawab melestarikan lingkungan hidup

Istilah keutuhan ciptaan diartikan kelestarian hidup : ciptaan yang utuh maksudnya adalah sama dengan lingkungan hidup yang lestari Arti lestari lebih menekankan kesinambungan ciptaan dan lingkungan hidup : melestarikan lingkungan hidup berarti menjaga dan memelihara kesinambungan ciptaan agar tidak menggangu lingkungan hidup manusia itu sendiri.

a) Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup yang dimaksud ialah meliputi alam sekitar ciptaan lain dan manusia lain, dan secara khusus lapisan kuasa (pemerintah yang berkuasa serta budaya). Dengan kata lain, bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dimana manusia itu harus berhubungan dengan itulah yang disebut lingkungan hidup.

Lingkungan hidup yang fisik dan non fisik, kehidupan manusia tidak hanya berhubungan dengan hal-hal fisik saja, atau materi, tetapi dengan kekuasaan, dengan budaya dan perilaku juga manusia harus berhubungan.

Lingkungan alam sekitar : yang dimaksud meliputi unsur-unsur hidup, yakni: air, udara, tanah, api (panas). Unsur-unsur inilah yang paling mendukung kehidupan manusia. Manusia tidak bisa lepas dari unsur-unsur ini dalam kehidupan sehari-hari.

Jika terjadi masalah pada air, udara, tanah dan api maka sekaligus menjadi masalah bagi kehidupan manusia. Manusia bernafas dari udara, sebagian besar zat tubuh manusia didukung oleh air, dan selain manusia hidup diatas tanah sumber makanan yang dibutuhkan setiap hari adalah tumbuh dari tanah. Manusia juga hidup dengan suhu panas yang dibutuhkan.

Lingkungan ciptaan lain : yang dimaksudkan ciptaan lain ialah binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ciptaan lain ini pun tidak mungkin lepas dari kehidupan sehari-hari manusia. (Hal ini sudah diuraikan pada nomor sebelumnya). Manusia terikat dan butuh dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Lingkungan manusia lain (sesama) : manusia lain bukan saja orang –orang seiman, tetapi juga orang-orang yang tidak seiman , bukan hannya orang-orang dewasa, melainkan orang-orang yang masih kanak-kanak pun adalah manusia (sesama).

Semua lapisan dalam masyarakat adalah sesama. Manusia adalah makluk sosial, maka secara sosiologis manusia harus berhadapan dan berhubungan dengan lapisan –lapisan tersebut.

Bagaimanapun, kehidupan manusia akan banyak di pengaruhi oleh lapisan sosial yang bermacam-macam itu. Dan sejalan dengan itu manusia berhadapan dengan kebudayaan serta perilaku sesama manusia yang lain.

Lingkungan kuasa, bagaimanapun manusia dalm kehidupan sehari-hari selalu berhadapan dengan struktur, apakah itu struktur dalam keluarga: Ayah, Ibu, Kakak, Abang, Kakek dan lain sebagainya. Struktur dalam masyarakat misalnya : Kepala Desa, Lurah, Penegak Hukum, Tokoh Masyarakat, Tokoh agama, dan struktur dalam lapisan kerja ; misalnya : Direktur, Kepala Kantor, Bos, Pimpinan Proyek dan sebagainya.

Semua struktur dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari kuasa. Kuasa itu berguna dalam mengatur kehidupan bersama manusia. Pemerintah dan lapisan kuasa merupakan bagian kebutuhan dan kewajiban manusia dalam kehidupan sehari-hari.

b) Sikap Kristen Terhadap Kelestarian Hidup

Ada dua sikap Kristen terhadap kelestarian lingkungan hidup, yaitu:

Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, dan melestarikan lingkungan hidup adalah kewajiban manusia. Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, memberi arti bahwa manusia adalah bahagian dari lingkungan hidup itu. Menurut pemahaman Kristen bahwa manusia ini pada azasinya selalu membutuhkan keharmonisan dengan lingkungannya. Taman Eden sebagai profil lingkungan hidup yang harmonis, seimbang, selaras, dan serasi, memberi gambaran tentang lingkungan hidup yang dibutuhkan manusia.

 

Allah sendiri yang menciptakan lingkungan hidup yang harmonis itu bagi manusia. “Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu sungguh amat baik” (Kejadian 1 : 31)”. Melestarikan lingkungan hidup sebagai kewajiban didasarkan pada Firman Allah kepada manusia, yaitu: agar manusia, ,menguasai dan memelihara taman Eden (Kejadian 2 : 15). Manusia yang bertanggung jawab kepada Allah ialah manusia yang patuh dan taat kepada FirmanNya.

c) Tindakan-tindakan Yang Dapat Dilakukan Dalam Rangka Melestarikan Lingkungan Hidup

Tindakan-tindakan Kristen yang dapat dilakukan dalam rangka melestarikan lingkungan hidup, erat hubungannya dengan Tritugas panggilan Kristen, yaitu : melayani, bersaksi dan bersekutu.

Melayani Lingkungan Hidup ialah menyediakan diri untuk menyediakan diri untuk membantu, menolong, mempertahankan dan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup. Dalam Markus 10:45 ditegaskan bahwa Yesus datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.

Maka orang Kristen juga terpanggil untuk melayani dunia lingkungannya. Orang Kristen terpanggil memberi perhatian terhadap masalah kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.

Misalnya : adalah sangat indah bila orang Kristen turut secara spontan dan langsung dalam program-program penghijauan, perbaikan air minum di desa-desa, turut ambil bagian dalam gotong royong, jika terjadi bencana alam banjir, dan lain-lain. Tindakan dan aktifitas orang Kristen yang demikian menjadi pertanda bahwa orang Kristen turut melayani kepentingan lingkungan hidup.

Bersaksi dalam lingkungan hidup dalam arti yang meluas meliputi tindakan menyuarakan, membela dan mempertahankan sesuatu di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan menjadi kesinambungan sesuatu dalam lingkungan hidup.

Orang Kristen terpanggil untuk menyuarakan, membela dan mempertahankan segala sesuatu yang bermakna kelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup.Yesus berkata pada pesan AgungNya : Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman,”(Matius28:20).

Dengan demikian orang Kristen berkedudukan aktif dalam masalah-masalah lingkungan hidup. Sikap orang Kristen yang tidak mau tahu dan no comment terhadap masalah lingkungan hidup adalah cenderung pada sikap yang egoistis dan masa bodoh. Dengan tindakan nyata orang Kristen terpanggil menjadi motivator kelestarian lingkungan hidup.

Misalnya dengan buah-buah pikiran terhadap pemerintah tentang kelestarian lingkungan hidup, dan juga turut menyampaikan serta menterjemahkan program-program kelestarian lingkungan hidup di tengah-tengah masyarakat. Orang Kristen harus bersaksi bahwa melestarikan lingkungan hidup adalah sebagian dari mematuhi perintah Allah.

Bersekutu dalam lingkungan Hidup

Sudah merupakan kodratnya bahwa manusia adalah makluk sosisl dan makluk lingkungan, berarti manusia di dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain itu bukan hanya sesama manusia, tetapi juga ciptaan lain, Ingat, Allah  menciptakan makluk lain bersama manusia.

Orang Kristen pun, sebagai manusia pada hakekatnya selalu membutuhkan kehidupan bersama dengan lingkunganya. Bersekutu dalam  lingkungan hidup berarti mampu dan bersedia hidup bersama dengan lingkunganya. Dengan kata lain, tidak hidup secara menyendiri atau bersikap apriori terhadap lingkunganya. Dengan sikap ini orang Kristen menunjukkan kesadaran bahwa orang Kristen menpunyai hubungan dan kepentingan yang hakiki dengan lingkungan.

Yesus menegaskan bahwa muridnya tidak dipisahkan dari dunia (Yoh. 17: 15-17). Murid-murid menjadi garam dan terang dunia (Matius 5: 13-16). Tentu sebagai garam dan terang tidak mungkin terpisah dari dunia yang digarami dan diterangi. Orang Kirsten sebagai garam dan terang dalam lingkungan haruslah bersekutu dengan kehidupa bersama dunia.

Bersekutu dalam lingkungan berarti memlihara hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungannya, karena itu merupakan tanggung jawab dan kebutuhan orang Kristen juga. Dari kerangka Tri Tugas panggilan orang Kristen dalam lingkungan dapat dipahami dan disadari bahwa orang Kristen adalah bagian yang integral dalam lingkungan hidupnya.

Panggilan tidak sekedar tugas, melainkan juga sebagai keharusan untuk dapat memperoleh kehidupan yang wajar ; baik dengan unsur alam sekitar, dengan ciptaan lain, atau dengan sesama manusia lain termasuk dengan unsur kekuasaan dan kebudayaan yang ada. Kemampuan dan kesediaan untuk melayani, bersaksi dan bersekutu dengan lingkungan hendaknya dipelihara dan ditingkatkan untuk mewujudkan kehidupan yang normal dan bahagia.

4. Peka dan Tanggap terhadap tanda-tanda zaman

Satu lagi tanggung jawab yang dapat diperlihatkan orang Kristen terhadap lingkungan dan keutuhan ciptaan ialah peka dan tanggap terhadap segala tanda-tanda zaman. “Waspadailah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu”. Kata Yesus (Matius 24:4).

Yesus memberitahukan tanda-tanda zaman antara lain : kekacauan, perang, kelaparan, gempa bumi, penipuan, penyiksaan, pembunuhan, pemalsuan, kedurhakaan, dan kasih menjadi dingin (Matius 24 : 1-14).

Kejadian-kejadian diatas sudah berlangsung pada masa dulu dan juga pada kini. Hal itu mengingatkan orang-orang percaya  akan penderitaan dan cobaan kehidupan. Tanda-tanda diatas mengajak orang-orang percaya untuk peka dan tanggap.

Bagaimanapun kejadian-kejadian seperti itu menyangkut kehidupan lingkungan dan keutuhan ciptaan. Sebagai orang Kristen adalah wajar bertanya, mengapa terjadi kekacauan, perang, kelaparan, gempa, pembunuhan, kepalsuan dan lain-lain? Siapa yang bertanggung jawab? Dan bagaimana menghadapinya?

Tanpa mengabaikan aspek theologis, adalah wajar bertanya secara logika. Apa hubungan sebab akibat terjadinya hal-hal tersebut diatas? Bukankah terjadinya tanda-tanda seperti itu disebabkan faktor manusia? Bukankah manusia yang menciptakan perang? Bukankah manusia yang mencemarkan udara, air, tanah, dan api serta kebudayaan lainnya? Bukankah manusia yang menggundulkan hutan secara semberono dan serakah, maka terjadi banjir, erosi, kelaparan, gempa bumi, dan lain-lain, sehingga mengganggu kepentingan manusia?

Kepekaan dan ketanggapan orang Kristen terhadap tanda-tanda zaman, membuat sikap mawas diri, self koreksi. Dan dengan demikian tergeraklah hati untuk turut bertanggung jawab serta ikut mencegah dan menanggulangi terjadinya kejadian tersebut diatas.

Dr. TB. Simatupang dalam suatu ceramahnya tentang : “Tugas kenabian gereja dalam pembangunan”, menyebutkan bahwa “orang Kristen / gereja mempunyai sikap kreatif, kritis,, realis dan positif terhadap pembangunan. Kreatif berarti orang Kristen ikut serta dengan pembangunan lingkungannya di segala bidang. Orang Kristen harus menyadari dirinya turut menentukan laju dan arah pembangunan lingkungannya.

Sedangkan kritis, berarti orang Kristen harus berani memberikan sumbangan pikiran untuk memperbaiki kesalahan dan membela serta mempertahankan kebenaran, kemudian ikut mencari jalan keluar, bagaimana memecahkan permasalahan yang timbul. Sikap seperti diatas membawa orang Kristen kepada peranan yang aktif dan positif sesuai dengan tugasnya sebagai garam dan terang dunia (Matius 3 : 13-16).

5. Orang Kristen dengan masalah pencemaran dan bencana alam

Pada bagian terdahulu telah dicoba memahami dan menyadari tanggung jawab orang Kristen terhadap masalah lingkungan hidup secara umum tetapi pada bagian ini perlu dibahas secara khusus bagaimana sikap dan tanggung jawab orang Kristen menghadapi masalah pencemaran dan bencana alam.

Pencemaran dan bencana alam sering menggangu dan menghancurkan kehidupan manusia. Pencemaran yang dimaksud meliputi udara, air, tanah, dan api. Pencemaran sering merupakan akibat dari tindakan dari perilaku manusia yang tak bertanggung jawab. Demikian juga bencana alam, seperti banjir, erosi, hama dan wabah penyakit  orang sering diakibatkan oleh manusia yang kurang pengetahuan, dan perbuatan manusia yang serakah dan sembrono.

M.T. Zen, seorang sarjana geologi dan geofisika (1981) menegaskan bahwa ada beberapa tindakan manusia yang mengakibatkan malapetaka terhadap kehidupan manusia masa berikutnya yaitu: “Kalau diteruskan lagi penyebaran lebih banyak pestisida, material radiaktif, palastik, air selokan dan kotoran industry keperaian, juga ke udara dan ke tanah-tanah lapang”.

M.T. Zen melihat tindakan-tindakan ini akan mengakibatkan pencemaran pada unsur udara, air dan tanah tempat manusia hidup. Akibat pencemaran ialah peracunan dan pembinasaan terhadap makhluk tertentu. Dan ini akan menggangu keseimbangan ekologi dan ekosistem.

Dari data yang diajukan oleh M.T. Zen (1981) bahwa dewasa ini digunakan setengah juta bahan buatan manusia yang tidak dapat diramalkan sifat-sifat sebagian bahan tersebut. Dan akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran dari bahan-bahan tersebut dapat mengancam dan menghancurkan tidak kurang dari 280 jenis binatang menyusui, 350 jenis burung, dan 20.000 jenis tumbuhan.

Di satu pihak manusia membutuhkan peningkatan produktivitas dengan cara-cara bibit unggul, pemakaian pupuk dan penyemprotan hama dan wabah penyakit dengan pestisida, serta pencetakan lahan-lahan pertanian : tetapi di pihak lain, dengan tindakan-tindakan itu manusia telah merangsang timbulnya masalah baru, yaitu hama yang lebih ganas, penyakit yang sulit disembuhkan, terjadinya banjir, erosi, dan bencana lainnya. Sehingga makin lama dirasakan prestasi pertumbuhan produktivitas bukan meningkat melainkan menurun, dan kesejahteraan hidup makin terancam.

Dari kenyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sama artinya dengan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Hal ini terjadi adalah akibat tidak adanya keseimbangan antara makhluk hidup.

Faktor utama yang mendapat perhatian ialah : Orang Kristen terpanggil untuk mencari pemecahan, bagaimana mencegah sikap serakah, egoistis dan emosional pada manusia. Orang Kristen sendiri bertanggung jawab menghindarkan perbuatan-perbuatan yang menjurus pada pengrusakan keseimbangan-keseimbangan lingkungan dan keutuhan ciptaan.

Orang Kristen yang menyadari dirinya bukan hanya penakluk dan penguasa lingkungan tetapi juga adalah pengusaha dan pemelihara lingkungan hidup (Kejadian 2 : 15 - 16). Orang Kristen adalah abdi-abdi Allah untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan Allah.


Last modified: Saturday, 28 March 2020, 1:31 PM