Wujud iman

Di dalam Islam, wujud iman seseorang diasaskan penegakannya kepada rukun iman. Keimanan itu diwujudkan ke dalam kepercayaan hati, pengkuan dan perilakunya. Pada tingkatan perilaku inilah wujud iman tersebut dapat terlihat. Iman kepada Allah ialah membenarkan dengan yakin sepenuhnya tanpa sedikit pun keraguan akan adanya Allah dan keesaan-Nya.

Seorang mukmin wajb mengakui dan mengimani adanya malaikat. Malaikat adalah makhluk Allah yang senantiasa taat kepada perintah-Nya dan tidak pernah melakukan maksiat sedikit pun, sebagaimana firman Allah dalam surat at-Tahrim (66) ayat 6 : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya : Malaikat-malaikat tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Seorang mukmin wajib mewujudkan keimanan ini di dalam hatinya dan dalam perilakunya. Misalnya, ia selalu merasa bahwa kapan pun dan dimana pun ia berada maka setiap perbuatannya selalu diawasi dan dicatat malaikat.

Iman kepada Kitab-Kitab Allah adalah membenarkan bahwa seluruh Kitab-Kitab yang diturunkan itu datangnya dari Allah, yaitu Taurat, Zabur, Injil dan Al-qur’an. Firman Allah dalam surat al-an’am (6) ayat 155 : 

وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya : “Dan Al-qur’an itu adalah Kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”

Wujud keimanan kepada Kitab Allah adalah menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidup (way of life) di dalam segala aspek dan dimensi kehidupannya, baik untuk pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Iman kepada para rasul adalah membenarkan dengan sesungguhnya bahwa Allah mengutus kepada setiap umat ini seorang rasul untuk membimbing mereka. Firman Allah dalam surat al-Ahzab (33) ayat 40 :

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا 

Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Wujud iman kepada rasulullah adalah melaksanakan segala Sunnahnya dan menjauhi segala larangannya. Sunnah adalah setiap perkataan, perbuatan, dan pengakuan Nabi Muhammad. Kedudukan Sunnah terhadap Al-qur’an adalah sebagai penjelas, pemerinci, dan penetap syari’at yang tidak dikemukakan secara jelas di dalam Alqur’an. Iman kepada hari Akhir adalah meyakini sepenuh hati tanpa keraguan sedikit pun bahwa Hari Kiamat akan terjadi. Firman Allah dalam surat al-Waqi’ah (6) aya 1 - 5:

  .إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ .لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ.خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ.إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا.وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا

Artinya : Apabila terjadi Hari Kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan golongan yang lain). Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dhsyatnya, dan gunung-gunung dihancur- luluhkan (sehancurhancurnya).

Ditemukan sejumlah hadits yang menggambarkan tanda-tanda akan terjadinya Hari Kiamat, antara lain adalah jika manusia berlomba-lomba membangun gedung yang tinggi pencakar langit. Wujud iman seseorang terhadap Hari Kiamat dapat dilihat dari kesiapannya untuk membekali diri menyongsong hari tersebut. Ketika ia benar-benar beriman dengan hari yang dahsyat itu maka ia akan melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya serta menjauhi larangan-larangan Allah dan rasul-Nya.

Rukun iman yang terakhir adalah percaya kepada qadar dan qadha Allah. Qadar adalah ketentuan Allah sementara qadha merupakan ketetapan-Nya untuk mewujudkan qadar-Nya. Beriman kepada qadar dan qadha Allah akan menjadikan seseorang sadar bahwa ia tidak memiliki kemampuan apapun dan tidak mengetahui sedikitpun tentang jalan kehidupannya dan seluruh makhluk ini. Wujud iman seseorang terhadap qadar dan qadha Allah adalah bahwa seseorang harus berikhtiar untuk terus menjalani hidup ini sesuai dengan perintah Allah. Jika ia ingin menjadi orang yang sukses, maka ia akan berusaha dan memenuhi syarat-syarat sunnatullah yang dapat menjadikan seorang makhluk itu menjadi sukses.


Last modified: Tuesday, 21 April 2020, 1:00 PM