12.1 Pendahuluan

Perkembangan perekonomian yang pesat tidak hanya didukung oleh sektor riil
saja namun juga disebabkan karena pertumbuhan yang pesat dari sektor finansial. Salah
satu bagian dari sektor finansial yang berkembang pesat adalah sektor perbankan.
Menurut Hanson (1990) perkembangan sektor perbankan secara pesat di mulai pada
tahun 1990an, dimana deposito dan modal bank komersial di sebagian besar negara
sedang berkembang mengalami kenaikan yang pesat terhadap GDP. Pada saat itu Cina
mengalami kenaikan volume deposito terbesar di antara negara sedang berkembang
dengan kenaikan rasio deposito terhadap GDP sebesar 137%, sedangkan Asia selatan
mengalami kenaikan sebear 40%, Afrika Selatan dan Timur Tengah sebesar 28%, dan
Amerika Latin sebesar 25%. Awal pertumbuhan perbankan ini disebabkan karena
penurunan inflasi yang cukup besar pada tahun 1990an dan adanya liberalisasi
keuangan. Secara spesifik kenaikan deposito terhadap GDP mencermikan beberapa
faktor berikut:
1. Turunnya inflasi di sebagian besar negara
2. Liberalisasi suku bunga dan kredit langsung secara bertahap
3. Kebijakan yang cenderung menekan suku bunga yang harus dibayarkan ke
deposan
4. Penggunaan deposito mata uang asing di beberapa negara
5. Penggunaan instrumen baru seperti sertifikat deposito dan surat berharga
6. Kenaikan monetisasi dan intermediasi keuangan
Pada tahun 1990an secara empiris ditemukan bahwa meskipun terdapat
liberalisasi keuangan, namun peran bank sebagai lembaga intermediasi antara deposan
dan peminjam dari sektor swasta masih terbatas. Hal ini disebabkan karena kenaikan
dana yang dapat dipinjamkan akibat naiknya deposito ini lebih banyak diserap oleh (i)
kenaikan hutang bank sentral, karena bank sentral menjadi lebih independen, memiliki
kebijakan yang anti inflasi dan menggunakan hutang miliknya sebagai instrumen untuk kebijakan moneter, dan (ii) naiknya hutang pemerintah, yang menyerap sebagian besar
bagian dari
loanable funds di beberapa negara.
Diluar kenyataan pertumbuhan perbankan secara pesat, masalah perbankan
dalam perekonomian memerlukan perhatian karena:
1. Adanya konsekuensi serius terhadap ekonomi lokal. Efek terhadap ekonomi lokal
ini berkaitan pula dengan bagaimana perbankan mengalokasikan dan
mendistribusikan dananya (Goldstein dan Turner (1996))
2. Efek terhadap dan atau dari negara lain. Hal ini muncul karena pasar uang
internasional saat ini lebih terintegrasi. Sehingga apa yang terjadi pada pasar
uang satu negara akan berpengaruh ke negara yang lain (Goldstein dan Turner
(1996))
3. Industri perbankan dianggap mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal
perbankan dan merupakan bagian integral dari sistem pembayaran. Sifat
perbankan yang merupakan bagian dari sistem pembayaran tersebut
mengakibatkan timbulnya pandangan bahwa permasalahan di industri perbankan
dapat menyebabkan efek negatif terhadap perekonomian yang dampaknya jauh
lebih besar daripada efek negatif karena kejatuhan suatu perusahaan biasa.
Jatuhnya suatu bank akan memberikan efek bola salju yang menyebabkan
jatuhnya bank dan perusahaan-perusahaan lain yang memiliki hubungan bisnis
dengan bank tersebut
4. Industri perbankan biasanya memiliki (i) Rasio kas terhadap aset yang rendah,
(ii) Rasio modal terhadap aset yang rendah, dan (iii) Rasio dana jangka pendek
terhadap total deposit yang tinggi. Karakteristik ini menyebabkan penarikan dana
dalam skala besar yang terjadi dalam waktu singkat akan menyebabkan
timbulnya permasalahan likuiditas pada industri perbankan yang kemudian akan
mendorong bank-bank untuk menggunakan segala cara yang mungkin dilakukan
guna memenuhi penarikan dana oleh masyarakat, termasuk didalamnya upaya
untuk menjual asset yang ada dengan harga murah. Kondisi ini menimbulkan
distress pada sistem perbankan dan membawa dampak lanjutan pada penurunan
rentabilitas yang pada akhirnya menuju pada kondisi insolvent Hadad; Santoso; Arianto (2003).

Salah satu alat ukur untuk menyatakan kesehatan perbankan adalah dengan
menggunakan indeks CAMELOT. Serven (1999) menggunakan Indeks CAMELOT untuk
melihat rating dari system perbankan di beberapa negara. Indeks CAMELOT merupakan
perankingan yang didasarkan pada C (capital requirement); A (loan loss provisioning
requirements), M (management) yang didefinisikan sebagai kualitas manajemen
perbankan yang tinggi; L (liquidity requirements); O (operating environment) diukur
dengan ranking yang berhubungan dengan property rights, creditor rights, dan
enforcement; T (transparency) yang diukur melalui apakah bank masuk dalam peringkat
resiko yang dilakukan oleh agen internasional dan melalui indeks korupsi. Dari table
berikut ini terlibat bahwa negara-negara di Asia timur, memiliki rating system perbankan
yang buruk

Krisis Perbankan: penyebab, resolusi dan studi empiris 5
dibandingkan dengan efeknya terhadap lembaga keuangan dan non keuangan. Paper ini
akan dimulai dengan pendefinisian krisis finansial
2
Krisis mata uang menyebabkan krisis perbankan. Penurunan cadangan valuta asing
yang cepat dalam system nilai tukar tetap mendorong bank sentral untuk
menurunkan high powered money, sehingga mengurangi jumlah uang beredar,
menaikkan kebangkrutan dan mendorong terjadinya krisis perbankan

, faktor-faktor yang menyebabkan
krisis, dampak moneter dari adanya krisis perbankan dan akhrinya studi empiris
mengenai krisis perbankan.