10.2 Penilaian Pendapatan

Penilaian Pendapatan

 Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concept) No. 5 terdapat empat  kriteria  yang  harus  dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui, yaitu:

1.      Definisi, item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi dalam satu dari tujuh unsur laporan keuangan, yaitu: aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.

2.      Dapat diukur, item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yakni karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasikan dan diukur. Contohnya biaya historis, biaya sekarang ini, nilai pasar, nilai bersih yang dapat direalisasi dan nilai sekarang.

3.      Relevansi, informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan.

4.      Realibilitas, informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar, dapat diuji dan netral.

Pedoman penilaian pendapatan telah diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur bagaimana suatu transaksi akan diperhitungkan dan dicatat sebagai suatu pendapatan untuk kemudian dimasukkan ke dalam salah satu akun di suatu laporan keuangan. Dasar penilaian pendapatan, yaitu:

1.      Biaya Historis (Historical Cost) yaitu metode penilaian aset dan kewajiban yang mendasarkan pada nilai aset dan kewajiban pada saat perolehan bukan nilai saat ini. Aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayar atau  sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (sebagai contoh, pajak penghasilan), pada jumlah kas atau setara kas yang diekspektasikan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal.

2.      Biaya Kini (Current Cost) yaitu metode penilaian aset dan kewajiban yang mendasarkan pada nilai aset dan kewajiban sekarang atau saat ini. Aset


dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang seharusnya akan dibayarkan jika asset yang sama atau asset yang setara diperoleh sekarang. Liabilitas dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini.

3.      Nilai              Realisasi              atau Penyelesaian (Realization/Settlement Value) yaitu aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang sama atau setara aset yang sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal. Aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual asset dalam pelepasan normal. Liabilitas dicatat sebesar nilai penyelesaiannya; yaitu, jumlah kas  atau  setara kas yang tidak didiskontokan yang diekspektasikan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.

4.      Nilai Sekarang (Present Value), aset dinyatakan sebesar kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan bisa memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Aset dicatat sebesar arus kas masuk neto masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diekspektasikan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Liabilitas dicatat sebesar arus kas keluar neto masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diekspektasikan akan diperlukan untuk menyelesaikan liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.

Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Sebagai contoh, persediaan biasanya dicatat sebesar nilai terendah dari biaya historis atau nilai terealisasi neto (lower of cost or net realizable value), sekuritas yang dapat dipasarkan dapat dicatat


sebesar nilai pasarnya, dan liabilitas dicatat sebesar nilai sekarang. Selain itu, beberapa entitas menggunakan dasar biaya kini sebagai respon dari ketidakmampuan model akuntansi biaya historis dalam menghadapi dampak perubahan harga asset non–moneter.

Pengakuan Pendapatan

 Menurut PSAK No. 23 Tahun 2017 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah pada setiap transaksi. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut pada komponen–komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal, agar mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Contohnya, jika harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat diidentifikasi untuk jasa berikutnya, maka jumlah tersebut ditangguhkan dandiakui sebagai pendapatan selama periode jasa tersebut dilaksanakan. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama–sama jika transaksi tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat pada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan. Sebagai contoh, entitas menjual barang, dan pada saat yang sama menyetujui perjanjian yang terpisah untuk membeli kembali barang tersebut barang tersebut di kemudian hari, sehingga meniadakan pengaruh substantive dari transaksi tersebut, dalam hal ini kedua transaksi tersebut diberlakukan bersamaan.

Pengakuan pendapatan dari suatu peristiwa ekonomi dapat dilakukan apabila terpenuhi kondisi sebagai berikut:

1.      Penjualan Barang

PSAK Nomor 23 Tahun 2017 menjelaskan bahwa entitas harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang jika semua kondisi berikut dipenuhi:

a.      Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli;

b.      Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;

c.      Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;

d.      Kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait  dengan  transaksi  tersebut akan  mengalir ke entitas; dan

e.      Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur secara andal.

2.    Penjualan Jasa

Dalam PSAK Nomor 23 Tahun 2017 mengenai pengakuan pendapatanatas transaksi penjualan jasa adalah sebagai berikut: jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:

a.      Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.

b.      Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas.

c.      Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal.

d.      Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal.

Jika hasil transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi secara andal maka pendapatan diakui hanya sebesar beban yang telah diakui yang dapat dipulihkan. Selama tahap awal transaksi, hasil dari suatu transaksi sering kali tidak dapat diestimasi secara andal. Namun demikian, besar kemungkinan entitas tersebut akan memperoleh kembali biaya transaksi yang telah terjadi. Oleh karena itu, pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yangdiharapkan dapat dipulihkan. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapatdiestimasi secara andal maka tidak ada laba yang diakui.

 


Last modified: Friday, 8 December 2023, 3:20 PM