14.3 Penilaian

Penilaian

 Pengukuran adalah penentuan angka satuan pengukur terhadap suatu objek untuk menunjukkan makna tertentu objek tersebut. Ojek dapat berupa barang, jasa, binatang, tubuh manusia, dan benda atau konstruk lainnya. Makna dapat berupa nilai, luas, berat, volume, tinggi, umur, indeks prestasi, dan sebagainya. Di dalam akuntansi istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna ekonomik suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya digunakan akuntansi untuk menunjukan proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Dalam penilaian suatu pos untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat menggunakan berbagai dasar penilaian (bases for valuation) bergantung pada makna yang ingin direpresentasi melalui pos statemen keuangan. Penilaian pos aset dimaksudkan untuk menentukan berapa jumalah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos aset dan apa dasar penilaiannya.

Tujuan Penilaian

Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai informasi semantik sebagai investor dan kreditor, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat dan ketidakpastianaliran kas bersih ke badan usaha. Jadi tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos- pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.

Konsep Dan Basis Penilaian

Hendriksen dan Van Breda (1992) dalam (Suwardjono 2005) membahas konsep dan dasar penilaian aset untuk tujuan pelaporan keuangan dari dua dimensi yaitu arah aliran aset dan waktu. Bila suatu aset telah dikuasi oleh suatu entitas, masalah penilaian yang muncul adalah dasar apa yang digunakan untuk mempresentasikan makna atau atribut aset secara tepat. Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran pemerolehan disebut dengan nilai masukan  (input/entry  value).  Nilai  masukan  didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghasilan lainnya  (non kas) yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk  memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha (perusahaan). Sedangkan jika dilihat dari nilai pertukaran pemanfaatan disebut nilai keluaran (output/exit value). Nilai keluaran didasarkan pada jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya (non kas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar dari unit usaha melalui proses pertukaran atau konversi. Penilaian keluaran lebih berpaut dengan aset yang tujuannya adalah untuk dijual atau dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk kegiatan produksi.

Penilaian Menurut FASB

Konsep-konsep penilaian yang dibahas diatas menjadi dasar untuk menjelaskan berbagai dasar yang dapat digunakan untuk mengukur atau menilai elemen statement keuangan sesuai dengan atribut yang ingin direpresentasi oleh pengukuran. Bila dikaitkan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prgf 67) dapat disarikan sebagai berikut ini:

1.        Historical Cost

Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya.

2.        Current (replacement) Cost

Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.

3.        Current Market Value

Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). 

4.        Net Realizable Value

Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan sebesar nilai terrealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa didiskon) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.

5.        Present (or Discounted) Value of Future Cash Flows

Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskon implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

6.        Fair value

Berdasarkan FAS 157, nilai wajar adalah harga yang dapat diterima untuk menjual aset atau membayar transfer kewajiban di pasaran saat tanggal pengukuran. Menurut (Yongkui 2013) “The introduction of fair value can be attributed to the modern measurement concept, according to which, a measurement attribute which reflects the company’s real value should be introduced, so that the enterprise’s market value can be reflected as much as  possible in the book value of equity. However, there is an intrinsic conflict between fair value and asset specificity, using fair value to measure specific asset will enlarge the gap between the book value and market value of the enterprise’s equity. Therefore, the future accounting model will not necessarily be dominated by fair value; rather, it is very likely to be a mixed measurement model incorporating historical cost, fair value, and value-in-use.”



Terakhir diperbaharui: Friday, 12 January 2024, 15:09