5.1 Pengertian dari Red Flag

Red Flags merupakan suatu kondisi yang janggal atau berbeda dengan keadaan normal. Dengan kata lain, red flags adalah petunjuk atau indikasi akan adanya sesuatu yang tidak biasa dan memerlukan penyidikan lebih lanjut. Red flags tidak mutlak menunjukan apakah seseorang bersalah atau tidak tetapi merupakan tanda-tanda peringatan bahwa fraud terjadi.
Contoh-contoh red flags.

PEGAWAI
- Gaya hidup (mobil dan rumah mewah) yang tidak sesuai dengan pendapatannya.
- Masalah utang pribadi yang besar
- Perubahan perilaku (judi, narkoba)
- Hubungan yang mesra dengan supplier, konsumen
- Menolak cuti atau liburan
- Kurangnya pembagian tugas di area yang riskan

MANAJEMEN
- Penempatan pegawai yang merupakan para kroni pada posisi-posisi strategis
- Manajemen tidak mau menjatuhkan hukuman kepada para pegawai kunci yang merupakan kroninya.
- Keengganan untuk menyediakan data bagi auditor
- Tidak ada kebijakan perusahaan yang tertulis dalam standard operating procedure
- Pengendalian intern yang tidak memadai
- Sering melakukan pergantian rekening
- Terdapat banyak transaksi tidak normal di akhir tahun
- Terdapat dokumen yang hilang dan tidak diketemukan
- Terdapat program kompensasi yang tidak wajar
- Hutang yang diperpanjang terus menerus
- Terdapat perbedaan terus menerus antara perhitungan fisik inventory dengan pembukuannnya
- Penjualan aset perusahaan dibawah harga pasar
- Terdapat transfer uang ke Offshore bank
- Pengeluaran kas yang besar tanpa suporting dokumen yang standar

Para auditor wajib mengenali red flags ini karena biasanya setelah fraud terjadi akan banyak komentar seperti ini. “Pantas dia sering berlibur di hotel yang mewah” atau “Itulah kalau penempatan pegawai bukan karena kemampuan dan prestasinya, tetapi berdasarkan kedekatan dengan top management atau pemilik.”
Pada saat auditor menemukan red flags ini seharusnya digali lebih dalam lagi untuk memastikan apakah telah terjadi fraud. Namun, seperti dikatakan Robert R Moeller, pengarang buku SOX & The New Internal Auditing Roles kegagalan auditor mendeteksi terjadi fraud disebabkan beberapa alasan :


1. Fraud Concern Receive Inadequate Support From Management.
Keengganan top management untuk membantu auditor kemungkinan karena mereka sendiri adalah pelaku fraud. Dalam Global Economic Crime Survey 2005 pelaku fraud 51% adalah middle management ke atas.

2. Auditor Have an unwillingness to look for Fraud
Kemungkinan besar auditor tidak memiliki kemampuan sebagai forensic auditor. Global Economic Crime Survey 2005 pun menunjukan bahwa sepertiga kasus fraud ditemukan secara tidak sengaja (purely by accident). Salah satu sebab mengapa fraud lebih sulit ditemukan karena fraud melibatkan keahlian pelakunya dalam mengeksplotasi sistem dan pengendalian akuntansi

3. Too Much Trust is placed on Auditeess
Kendala ini dialami khususnya bagi para auditor internal. Karena sehari-hari sering bertemu dan untuk menjaga hubungan baik maka sering para auditor internal menjadi terlalu percaya kepada para auditeenya.

4. Not Enough Emphasis is placed on Audit Quality
Kurangnya perencanaan audit yang matang, tidak adanya diskusi mendalam antar anggota tim audit dengan komite audit menjadikan kualitas audit tidak bagus.

5. Auditor Sometime fail to Focus on high risk fraud area.
Secara garis besar terdapat tiga faktor resiko fraud yang berkaitan dengan fraud dalam pelaporan keuangan. Pertama, karekteristik manajemen yang berkaitan dengan manajemen, tekanan, sikap dan perilaku terhadap pengendalian intern. Kedua, karekteristik industri yang berkaitan dengan kondisi ekonomi dan peraturan yang berlaku. Ketiga, karekteristik operasional yang meliputi sifat dan kerumitan dari transaksi perusahaan.

Last modified: Monday, 25 October 2021, 9:07 AM