10.1 Wawancara dan Interogasi
Wawancara Dan Interogasi
Wawancara merupakan sesuatu yang sering dilakukan oleh Auditor dalam menjalankan tugas audit, dan merupakan salah satu tehnik dalam pengumpulan keterangan, memahami obyek pemeriksaan, menguji keterangan yang telah didapatkan sebelumnya, melengkapi keterangan yang lain, dan tujuan-tujuan lainnya dari wawancara tersebut.
Terkait dengan interogasi, auditor internal pemerintah tidak memiliki
kewenangan untuk melakukan interogasi. Namun demikian metode, tujuan dan
tehnik-tehnik interogasi biasanya secara tidak langsung juga sering dilakukan
namun dalam kondisi yang tidak formal layaknya interogasi yang dilakukan
oleh penyidik. Meskipun tidak ada aturan yang melarang atau membolehkan
untuk melakukan interogasi, auditor menganggap hal ini dapat dilakukan
sepanjang untuk mencapai tujuan memperoleh informasi dan mencapai tujuan
audit yang dilakukan.
Teknik Dasar Wawancara
Beberapa tehnik dasar yang harus dikuasai ketika akan melakukan wawancara, antara lain:
Kematangan pribadi, berupa : sikap mental, kemampuan pengetahuan yang dimiliki, penampilan fisik, dan sebagainya.
Gaya dan karakter, berupa : intonasi suara, tatapan mata, ekspresi wajah, kemampuan memahami situasi dan kondisi, dan sebagainya
Koordinasi dan kerjasama, berupa : tehnik improvisasi, fleksibilitas atau
tidak kaku, pengalaman berinteraksi, dan sebagainya.
Elemen-elemen Percakapan
1. Ekspresi: Ekspresi yang natural (Spontan) dapat menjadi aset penting dalam melakukan wawancara
2. Persuasi: Usaha untuk meyakinkan orang lain
3. Terapi: Dalam melakukan wawancara membuat interviewee merasa diri mereka baik
4. Budaya: beberapa aspek percakapan merupakan budaya
5. Pertukaran Informasi: merupakan tujuan utama dalam melakukan wawancara.
Penghambat Komunikasi
1. Pertimbangan penggunaan waktu
2. Ego yang terancam:beberapa responden memendam informasi karena terdapat ancaman.
3. Etiket: pernyataan yang dirasa tidak sesuai.
4. Trauma: perasaan tidak menyenangkan terkait pengalaman terhadap krisis.
5. Lupa: ketidakmampuan responden untuk mengingat kembali informasi tertentu.
6. Kekacauan Kronologis: terjadi terkait mengulas riwayat kasus.