Etika Deskriptif dan Etika Normatif

Etika deskriptif erat hubungannya dengan antropologi, sosiologi, dan psikologi dan bersandar pada ketiganya. Etika deskriptif mempelajari dan menguraikan moral suatu masyarakat, kebudayaan, dan bangsa. Ia juga membandingkan dan menghadapkan sistem moral, kode-kode, praktek, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berbeda-beda.

Contoh: orang Bali jujur dan tidak akan mau mengambil sesuatu barang bukan miliknya. Apakah alasan orang Bali tidak mau mencuri? Mencuri bertentangan dengan hukum karma yang telah membudaya bagi orang Bali.

Lain halnya dengan orang Batak. Menurut Y.C. Vergouwen ) seorang Batak mencuri ayam tetangganya untuk menghormati mertuanya. Misalnya

kalau makanan tidak ada di rumah. Ayam yang dicuri itu dimakan bersama sebagai penghormatan kepada mertua yang sedang mengunjungi menantunya. Apakah alasan orang Batak mau mencuri barang yang bukan miliknya? Apakah mencuri tidak dilarang? Mencuri barang orang lain dengan tujuan untuk menghormati mertua, dapat dimaafkan masyarakat Batak.

Pendekatan etika deskriptif dipastikan oleh fakta moral, yang menggambarkan bagaimana bentuknya dibandingkan dengan bentuknya dalam masyarakat-masyarakat yang berlainan, diselidiki sejarahnya, jangkauannya, dan seterusnya.

Etika normatif secara sistematis berusaha menyajikan serta membenarkan suatu sistem moral. Etika normatif berusaha mengembangkan serta membenarkan prinsip dasar moral atau nilai-nilai dasar suatu sistem moral.

Sistem itu sendiri terdiri dari prinsip atau nilai dasar moral dan aturan- aturan moral yang khusus menguasai perilaku manusia dalam arti menghapuskan tindakan-tindakan yang buruk atau tidak bermoral, tetapi menganjurkan perilaku yang bermoral. Peraturan dan nilai-nilai inilah yang membentuk norma-norma moral suatu masyarakat.


Last modified: Sunday, 25 September 2022, 11:25 PM