PERKEMBANGAN EMOSI [lanjutan]

PERKEMBANGAN EMOSI

[lanjutan]

 

 

D.  Bimbingan Emosi pada Anak dan Remaja

Perkembangan emosi anak dan remaja harus dibimbing dengan baik oleh orang tua maupun guru, sebab kecerdasan emosional akan mempengaruhi kesuksesan anak dalam kehidupan berikutnya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam bimbingan perkembangan emosi anak adalah:

1.    Ajarkanlah anak bahwa bangga diri adalah sikap yang baik untuk membangun rasa percaya diri anak tetapi tidak boleh dilakukan secara berlebihan.

2.    Ajarkanlah kepada anak bahwa marah merupakan kekuatan yang harus ada pada diri manusia, terutama perasaan marah ketika melihat oranglain melakukan kejahatan. Tetapi seseorang tidak boleh marah berlebihan.

3.    Ajarkanlah kepada anak bahwa cinta merupakan emosi yang paling bai dalam diri manusia, tetapi manusia harus menempatkan cinta kepada Allah di atas cinta kepada yang lain.

4.    Ajarkanlah anak untuk mengelola rasa bencinya dengan baik.

5.    Ajarkanlah anak untuk mengelola rasa cemburunya dengan baik.

6.    Ajarkanlah anak untuk menghindari sikap sombong.

 

 

E.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi

 

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan emosi seseorang. Menurut Hurlock, antara lain:

1.   Usia

Semakin bertambah usia individu, diharapkan emosinya akan lebih matang dan individu akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan emosinya. Individu semakin baik dalam kemampuan memandang suatu masalah, menyalurkan dan mengontrol emosinya secara lebih stabil dan matang secara emosi.

 

 

2.   Perubahan fisik dan kelenjar

Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu akan menyebabkan terjadinya perubahan pada kematangan emosi. Sesuai dengan anggapan bahwa remaja adalah periode “badai dan tekanan,” emosi remaja meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar.

3.   Pola Asuh Orangtua

Pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga akan menentukan pula pola perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam keluarga adalah pola asuh orangtua. Cara orangtua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang permanen dalam kehidupan anak.

4.   Lingkungan

Kebebasan dan kontrol yang mutlak/ketat dapat menjadi penghalang dalam pencapaian kematangan emosi seseorang. Lingkungan di sekitar kehidupan seseorang yang mendukung perkembangan fisik dan mental memungkinkan kematangan emosi dapat tercapai.

5.   Jenis Kelamin

Laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, mereka memiliki pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya sehingga cenderung kurang mampu mengekspresikan emosi seperti yang dilakukan oleh perempuan. Hal ini menunjukkan laki-laki cenderung memiliki ketidakmatangan emosi jika dibandingkan dengan perempuan.

Astuti mengklasifikasi menjadi lima, yaitu: (1) Pola asuh ayah dan ibu; (2) Pengalaman traumatik; (3) Temperamen; (4) Jenis Kelamin; dan (5) Usia. Di sisi lain kematangan emosi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik intern (dari dalam diri sendiri) maupun faktor ekstern (dari luar diri sendiri), yaitu antara lain menurut dunia psikologi edisi 20 Pebruari 2012 adalah sebagai berikut:

a.   Adanya penyesuaian diri yang baik, kemampuan untuk berfungsi sebagai manusia yang dapat bergantung pada diri sendiri, harus dikembangkan secara bertahap dan terus menerus seiring dengan bertambahnya umur serta kedewasaannya. Setiap pribadi dalam kehidupannya selalu mengalami perubahan secara terus menerus oleh karena itu diperlukan adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya.

b.   Suasana lingkungan sosial, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar yang berhubungan dengan proses-proses sosialisasi yang dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang matang.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kematangan emosi adalah usia, temperamen, pengalaman traumatik, jenis kelamin, cara orangtua memperlakukan anak-anaknya, kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta suasana lingkungan sosial.

 

Menurut Hurlock hal-hal yang dapat mempengaruhi kematangan emosi adalah:

a.   Gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosionalnya.

b.   Membicarakan pelbagai masalah pribadinya dengan orang lain.
Lingkungan sosialnya yang dapat menimbulkan perasaan rasa aman dan

c.   keterbukaan dalam hubungan sosial.

d.   Latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja.

e.   Kebiasaan dalam memahami dan menguasai emosi-emosi dan nafsunafsunya.

Meskipun demikian kematangan emosi bukanlah sesuatu yang muncul dengan tiba-tiba, namun berbagai kemampuan dalam kematangan emosi dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kematangan emosi adalah sebagai berikut :

a. Faktor Bawaan

Kagan mengutarakan teori bahwa temperamen seorang anak mencerminkan suatu rangkaian emosi bawaan tertentu dalam otaknya. Ia menambahkan pula bahwa sekurang-kurangnya ada empat jenis temperamen, yaitu pemberani, penakut, periang, dan pemurung yang disebabkan oleh pola kegiatan otak yang berbeda-beda dan didasarkan pada perbedaan bawaan dalam jaringan sirkuit emosi. Jadi untuk setiap emosi tertentu, tiap orang memiliki perbedaan dalam hal seberapa mudah emosi itu dipicu, berapa lama berlangsungnya dan seberapa intens emosi itu terjadi. Goleman menyatakan bahwa orang-orang yang pemalu dan mudah merasa takut dilahirkan dengan susunan neurokimiawi yang membuat amigdala mudah terangsang, sehingga mereka menjauhkan diri dari hal yang baru, mudah tegang dan gelisah serta memiliki intensitas kecemasan yang tinggi. Sebaliknya, anak yang pemberani dan mudah bergaul mempunyai sistem saraf yang terkaliberasi dengan ambang perangsang amigdala yang jauh lebih tinggi, sehingga mereka tidak mudah merasa takut, dapat bergaul dengan wajar dan memiliki hasrat untuk berjumpa orang-orang baru.

 

b. Orangtua

Hasil penelitian Kagan menunjukkan bahwa tidak semua anak yang memiliki temperamen penakut akan tumbuh menjadi orang yang menarik diri dari lingkungan karena temperamen bukanlah suratan takdir. Secara harfiah perkembangan otak anak akan berubah jika orangtua mereka membantu mengatasinya. Emosi seseorang yang mudah terangsang dapat dijinakkan dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui pelajaran dan respon emosional yang dipelajari anak-anak sewaktu mereka tumbuh. Orangtua yang setahap demi setahap memberikan pengalaman yang membesarkan hati anak akan membuat anak mampu mengurangi rasa takutnya.

Goleman menyatakan bahwa pelajaran emosi yang diberikan Orangtua pada anak memiliki pengaruh besar terhadap temperamen anak, baik meredam atau memperbesar temperamen lahirnya. Pembelajaran emosi ini bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan oleh orangtua secara langsung pada anaknya, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan sewaktu menangani perasaannya sendiri. Orangtua yang tidak matang, mengalami depresi atau terus menerus marah sangat kecil kemungkinannya untuk memberikan perhatian yang memadai, apalagi menyesuaikan diri dengan kebutuhan emosional anaknya.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Gottman dan Declaire yaitu orangtua yang emosinya terganggu, mengalami stress atau depresi lebih besar kemungkinannya untuk menjadi dingin dan tidak tanggap pada kebutuhan emosional anaknya. Gottman dan DeClaire juga menegaskan bahwa interaksi emosional orangtua dengan anaknya akan berpengaruh besar pada masa depan anak karena dengan membuat ikatan-ikatan emosional yang kuat dengan anak berarti menolong anak mengembangkan kemampuan emosionalnya.

c. Lingkungan

Selain orangtua, ternyata orang lain yang berada di sekitar anak yang memberikan pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kematangan emosi anak. Orang lain yang dimaksud ini bisa guru, maupun tenaga professional yang berkaitan dengan pendidikan anak.

Sekolah dapat menjadi suatu komunitas yang peduli, tempat murid merasa diperhatikan, dihargai dan memiliki ikatan dengan teman sekelasnya, guru dan sekolah itu sendiri. David Hamburg menegaskan bahwa bagi anak usia sekolah dasar, sekolah merupakan wadah dan pengalaman menentukan yang akan mempengaruhi masa depan anak. Beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan di sekolah adalah kemampuan menunda pemuasan, kemampuan bertanggung jawab sosial dengan cara yang tepat, kemampuan mempertahankan kendali terhadap emosi serta memiliki pandangan optimis yang semuanya itu menunjukkan kematangan emosi.

Mari Kovacs menyatakan bahwa anak-anak mempelajari ketrampilan sosial dalam hubungannya dengan teman sebaya mereka, misalnya apa yang harus dilakukan bila menghendaki sesuatu dan tidak bisa memperolehnya, serta melihat bagaimana anak lain menangani situasi kemudian mencobanya sendiri. Ditegaskan pula oleh Harry Stack Sullivan yaitu anak-anak belajar menegosiasikan hubungan akrab, menyelesaikan perselisihan dan membagi perasaannya yang paling dalam melalui persahabatannya dengan teman sesama jenis kelamin. Pendapat senada juga diutarakan Goleman yaitu anak-anak akan mempertajam ketrampilan bergaul dan emosi mereka di arena persahabatan dan hiruk-pikuk permainan bersama teman-teman sebayanya. Dari penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kematangan emosi, yaitu faktor bawaan, orangtua dan lingkungan.

 

 


Last modified: Wednesday, 4 November 2020, 11:49 AM