Evidence Based Practice dengan Decision Making
Pengalaman menunjukkan kesalahan dalam pengambilan keputusan sebagian besar (80%) disebabkan oleh sistem,kebijakan atau prosedur yang tidak jelas.sedangkan kesalahan yang semata-mata diakibatkan oleh faktor manusia sekitar 20%.
Banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan ,dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
- Sumber daya (resources)
- Nilai dan harapan masyarakat konsumen (values)
- Bukti ilmiah yang shahih (evidence)
Masalah
Seringkali pengambilan keputusan hanya berdasarkan kombinasi sumberdaya yang tersedia (resources) dan nilai/harapan masyarakat (value) sehingga pengambilan keputusan berdasarkan pendapat (A = opinion based decision making)
Harapan
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pengelola maupun pelaksana pelayanan kesehatan adalah : mengkombinasikan ketiga faktor tersebut (B = evidence based decision making)
Evidence Based Medicine/Practice (EBM/EBP)
Pengertian
EBM : “Evidenced Based Medecine is the integration of the best research evidenced with clinical expertise and patient values “ (Sackett,at.al 2001)
EBM adalah : suatu teknik yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam mengelola pasien dengan mengintegrasikan tiga faktor yaitu : keterampilan dan keahlian klinik pemberi pelayanan,kepentingan/nilai-nilai pasien/klien dengan bukti ilmiah yang dapat di pertanggung jawabkan.
Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), “Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan”. Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidence- Based Practice adalah penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.
KOMPONEN EBM/P (Melnyk & Fineout-Overholt, 2011) Evidence Based Clinical Decision Making:
- Manfaat dan keinginan pasien : Memberikan manfaat terbaik untuk kondisi pasien saat itu dan meminimalkan pembiayaan
- Bukti eksternal : hasil penelitian,teori-teori yang lahir dari penelitian, pendapat dari ahli,hasil dari diskusi panel para ahli
- Bukti Internal (Clinical Expertise): penilaian klinis, hasil dari proyek peningkatan kualitas dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan klinik,hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien,alasan klinis,evaluasi dan penggunaan sumber daya tenaga kesehatan yang diperlukan untuk melakukan treatment yang dipilih.mencapai hasil yang diharapkan
Tujuan EBM/P :
- Memecahkan masalah
- Mencapai pelayanan yang terbaik
- Mengenalkan inovasi Mengurangi variasi dalam pelayanan
- Membantu dengan efektif dan efisien dalam membuat keputusan
- Memecahkan masalah dalam sistem regulasi
- Mencapai sistem pengaturan yang terbaik
Dua strategi digunakan untuk merealisasi tujuan EBM/P
- Pertama, EBM/P mengembangkan sistem pengambilan keputusan klinis berbasis bukti terbaik, yaitu bukti dari riset yang menggunakan metodologi yang benar, dipadukan dengan keterampilan/ keahlian klinis
- Kedua, EBM/P mengembalikan fokus perhatian pemberi layanan dari pelayanan berorientasi penyakit ke pelayanan berorientasi pasien (patient-centered care), menuntut pemberi layanan untuk mengambil keputusan medis bersama pasien/klien (shared decision making), dengan memperhatikan preferensi, keprihatinan, nilai-nilai, ekspektasi, dan keunikan biologis individu pasien. Sistem nilai pasien meliputi pertimbangan biaya, keyakinan agama dan moral pasien, dan otonomi pasien, dalam menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya.
Langkah-langkah EBM/P
- Langkah 1 : rumuskan pertanyaan klinis tentang pasien (‘PICO”)
- Langkah 2 : cari bukti-bukti (cochrane library medline/pubmed clinical queries)
- Langkah 3 : lakukan penilaian kritis (‘VIA”)
- Langkah 4 : terapkan bukti-bukti kepada pasien
- Langkah 5 : lakukan evaluasi kinerja penerapan EBM
Pertanyaan Klinik dengan PICO/PICOT Format
P : Populasi pasien atau disease of interest
I : Intervensi atau Issues of Interest
C : Intervensi pembanding/ kelompok pembanding
O : Outcomes/hasil-hasil yang diharapkan
T : Time frame (batas waktu)
Contoh kasus
Ny Susi, 28 th G1P0A0 hamil 36 minggu datang ke Bidan ingin konsultasi mengenai cara-cara melahirkan. Ibu Susi punya pengalaman kakaknya divakum karena kehabisan tenaga mengejan, anaknya saat ini 6 tahun menderita epilepsi dan kakaknya harus dijahit banyak pada saat melahirkan. Ia tidak mau melahirkan divakum. Dia mendengar tentang teknik yang menggunakan forsep. Dia bertanya yang mana yang lebih aman untuk ibu dan bayi
Kata kunci pertanyaan
Population and Clinical Problem: melahirkan, kala II lama
Intervensi (Or Indicator or Index test): vakum
Comparator : forcep
Outcome : aman untuk ibu dan bayi
Sehingga pertanyaannya adalah: Untuk penanganan melahirkan kala II lama,manakah yang lebih aman untuk ibu dan bayi antara vakum dan forcep ?
JENIS-JENIS PERTANYAAN KLINIS (Melnyk & Fineout-Overholt, 2011)
- Intervention question Meneliti mengenai keefektivan dari suatu treatment/intervensi
- Diagnostic question Meneliti mengenai manfaat, keakuratan, seleksi, atau interpretasi dari suatu alat/instrumen
- Prognostic question Meneliti mengenai keadaan pasien terkait kondisi tertentu atau mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin mengubah prognosis pasien
- Etiology question Meneliti mengenai hubungan sebab akibat dan sesuatu yang mungkin merugikan
- Meaning question Meneliti mengenai makna dari sesuatu hal