Perempuan dalam Kajian Psikologi
Pada umumnya perempuan dicitrakan atau mencitrakan dirinya sendiri sebagai mahluk yang emosional, mudah menyerah (submisif), pasif, subjektif, mudah terpengaruh, lemah fisik dan dorongan seksnya rendah. Sementara laki-laki dicitrakan dan mencitrakan dirinya sebagai mahluk yang rasional, logis, mandiri, agresif, kompettitif, objektif, senang berpetualang, aktif, memiliki fifik dan dorongan seks yang kuat.
Ketidakstabilan hormonal yang mempengaruhi mood dan emosional perempuan menjadi sebuah stereotip yang dikembangkan di masyarakat hingga saat ini bahwa perempuan lemah dan tidak stabil, sehingga membatasi ruang gerak perempuan untuk terlibat dalam berbagai bidang, seperti : politik, ekonomi, kemiliteran, maupun eksplorasi ruang angkasa. Kondisi tersebut menimbulkan pengkotakan, mana area yang pantas dan tidak pantas untuk perempuan.
Akibat ada faktor predisposisi biologis dan perbedaan fisik, kemudian mempengaruhi ekspektasi dan tekanan sosialisasi yang kuat dari masyarakat, perempuan cenderung mengembangkan sifat-sifat maskulin. Semua citra itu kemudian dipertahankan sebagai norma masyarakat.
Dalam area kognitif, perempuan umumnya lebih ekspresif dan secara nonverbal lebih sensitif, sedangkan laki-laki cenderung menyelesaikan tugas-tugas visual dan spasial yang lebih baik. Perempuan umumnya lebih bersedia mengasuh dan merawat anak-anak, namun tidak sedikit laki-laki yang mencintai dan merawat keluarganya. Perempuan dan laki-laki mengembangkan sejumlah tendensi feminin dan maskulin lain, tergantung pada lingkungan dan keadaan masyarakat.