Skenario Pembelajaran Mikro
A. Latar Belakang
Apabila setiap tahap kegiatan dalam persiapan pembelajaran mikro telah dilakukan, rencana pembelajaran mikro seperti telah dijelaskan di atas telah dibuat, maka kegiatan berikutnya calon guru atau peserta yang akan berlatih (trainee) telah siap untuk melakukan kegiatan inti (praketk) pembelajaran mikro. Oleh karena itu yang dimaksud dengan kegiatan inti pembelajaran mikro yaitu pelaksanaan praktek tampil mengajar dalam kelas atau di laboratorium sesuai dengan hakikat pembelajaran mikro yang sudah di bahas sebelumnya.
Praktek latihan mengajar yang dilakukan melalui pendekatan pembelajaran mikro, adalah mengajar yang sebenarnya. Dengan demikian setiap unsur atau pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mikro harus memerankan dirinya secara logis dan otimal layaknya seperti kegiatan pembelajaran yang sebenarnya. Hal ini bertujuan terutama untuk mengkondisikan suasana pembelajaran yang sebenarnya, agar calon guru atau guru yang sedang berlatih dapat melakukan proses pembelajaran secara maksimal.
Setiap anggota kelompok, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing mulai melakukan aktivitas pembelajaran mikro, yaitu praktek melatih keterampilan dasar mengajar pada tempat yang sudah direncanakan untuk pembelajaran mikro. Adapun pihak-pihak terkait dalam pembelajaran mikro, serta tugas dan fungsi yang harus dijalankannya, pada intinya dapat dirinci sebagai berikut: 1) Pihak guru yang berlatih, b) Pihak siswa, c) Pihak Observer, d) Pihak pembimbing atau dosen, dan e) Sarana dan fasilitas pendukung.
Setiap unsur atau pihak yang terlibat dalam pembelajaran mikro harus
mampu memerankan fungsinya secara wajar dan diarahkan pada upaya
membantu peserta yang berlatih agar memiliki kemampuan atau kecakapan
yang diharapkan. Adapun proses kerja atau skenario dari setiap elemen dalam
pembelajaran mikro dapat dijelaskan dalam fungsi dan peran setiap unsur pada
pembahasan berikut ini.
B. Fungsi dan Peran setiap unsur Pembelajaran Mikro
1. Fungsi dan peran guru yang berlatih (trainee)
Calon guru atau peserta yang berlatih dalam pembelajaran mikro, pada saat ia tampil harus memposisikan dirinya sebagai guru. Tugas guru adalah membelajarkan siswa, walaupun suasana pembelajarannya dilakukan dalam ruang atau tempat khusus untuk pembelajaran mikro, bukan di kelas yang sebenarnya (not real classroom teaching), menghadapi teman sendiri atau teman sejawat sebagai siswanya (feer teaching), akan tetapi tugas guru adalah mengajar yang sebenarnya (real teaching).
Seperti halnya kegiatan pembelajaran yang sebenarnya, maka setiap tahapan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran mikro harus ditempuh. Kegiatan membuka pembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup pembelajaran secara utuh harus dilakukan. Hanya mengingat waktu pembelajaran mikro berkisar antara 10 s.d 15 menit, maka guru yang berlatih harus menyesuaikan dengan waktu yang tersedia. Demikian pula dengan unsur materi pembelajaran, interaksi pembelajaran harus dilakukan sebagaimana mestinya. Hanya karena setiap peserta yang berlatih memfokuskan pada jenis-jenis keterampilan tertentu saja, maka dalam pelaksanaannya ketika memerankan sebagai guru, jenis keterampilan yang dilatihkan terus menerus harus menjadi fokus latihan.
Unsur pokok yang membedakan antara kegiatan pembelajaran mikro dengan pembelajaran biasa terletak pada “fokus jenis keterampilan” yang akan dilatihkan. Jika dalam pembelajaran biasa seluruh unsur pembelajaran harus dikuasai dan dilakukan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maka dalam pembelajaran mikro (sebagai tempat berlatih) guru memusatkan perhatian dan kemampuannya kepada jenis keterampilan spesifik yang sedang dilatihkan. Oleh karena itu unsur pembelajaran lain walaupun dilakukan, sifatnya hanya sebagai penunjang agar pembelajaran berlangsung secara wajar. Sedangkan yang menjadi acuan utama tetap fokus pada latihan menerapkan jenis keterampilan yang direncanakan.
Contoh; jika dalam perencanaan pembelajaran mikro, fokus materi latihannya adalah “Keterampilan Bertanya”, maka jenis keterampilan itu yang mendominasi dan harus terus menerus dilatihkan dalam pembelajarannya. Mulai membuka pembelajaran misalnya, maka apersepsi dilakukan dengan menerapkan unsur-unsur “keterampilan bertanya”. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru yang sedang berlatih, apakah sudah dapat mengkondisikan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, sesuai dengan hakikat dari apersepsi. Demikian pula dalam kegiatan inti saat membimbing interaksi pembelajaran dan kegiatan akhir untuk menutup pembelajaran, “keterampilan bertanyalah” yang lebih banyak digunakan.
Dengan memfokuskan kegiatan pada jenis keterampilan bertanya sebagai
keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, maka akan memberikan
gambaran dan informasi yang lengkap tingkat kemampuan guru yang sedang
berlatih dalam penguasaan dan keterampilan bertanya dalam pembelajaran.
Kelebihan dan kekurangan akan terlihat oleh pembimbing dan pihak yang
mengobservasi, sehingga akan diperoleh bahan untuk melakukan diskusi
pasca tampil berlatih. Jika pada tahap latihan pertama ”keterampilan
bertanya” ternyata belum bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka
peserta yang berlatih melakukan persiapan ulang untuk tampil pada sesi
latihan yang kedua kalinya dengan didasarkan pada masukan hasil diskusi
dan refleksi pada penampilan pertama.
2. Fungsi dan peran siswa D
Dalam proses pembelajaran, siswa diposisikan sebagai objek sekaligus subjek pembelajaran. Siswa harus berperan aktif merespon setiap stimulus pembelajaran agar memperoleh hasil pembelajaran yang memuaskan. Keterlibatan siswa aktif belajar akan menentukan kualitas proses dan hasil pembelajaran itu sendiri. D
Dalam pembelajaran mikro, pihak siswa dituntut untuk memposisikan dirinya sebagai siswa yang sedang mengikuti pembelajaran, seperti dalam kegiatan pembelajaran biasa. Bahkan dalam pembelajaran mikro fungsi dan peran siswa bisa bertugas ganda; pertama berfungsi sebagai siswa yang sedang mengikuti pembelajaran; kedua, sekaligus sebagai observer. Hal ini sangat memungkinkan, mengingat yang bertindak sebagai siswa dalam pembelajaran mikro melalui feer teaching adalah teman sendiri, yang tentu saja sudah memiliki wawasan dan pemahaman terkait dengan jenis keterampilan yang dilatihkan oleh guru (temannya).
Dengan demikian pada saat berperan sebagai siswa, sekaligus ia juga aktif untuk mencermati gerak-gerik dan perilaku guru, membuat catatan kelebihan dan kekurangannya untuk dijadikan bahan masukan pada saat diskusi balikan. Dijelaskan oleh Sheridian “Group members are expected to participate actively in other’s presentations. They should write down any comments they would like to make during the feedback period” (2005).
Menurut Sheridian, keterlibatan secara aktif dari setiap anggota dalam
kelompok pembelajaran mikro sangat diharapkan. Melalui aktivitas yang
tinggi dari setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran mikro diharapkan
dapat memberikan masukan, pengalaman dan pembelajaran yang sangat
berharga bagi pihak yang berlatih (trainee). Dengan demikian informasi
mengenai kelebihan maupun kekurangan, komentar, kritik, saran dan solusi yang disampaikan tidak hanya dari observer atau pembimbing saja,
melainkan bisa datang dari pihak yang berperan sebagai siswa. Dengan
demikian pembelajaran mikro akan semakin kaya dengan berbagai masukan
yang justru sangat diperlukan oleh peserta yang berlatih untuk meningkatkan
keterampilan dan kecakapannya.
3. Fungsi dan peran observer
Salah satu bagian dari tugas anggota kelompok dalam pembelajarn mikro dengan cara feer teaching yaitu pihak “observer”. Tugas observer sesuai dengan namanya adalah melihat, memperhatikan, mengamati. Seperti telah dijelaskan sebelumnya (baca kembali kegiatan pembelajaran 1). Bahwa observasi dalam bahasa Inggris “to observe” memiliki banyak makna antara lain yang dikemukakan di atas yaitu melihat, memperhatikan, mengamati dan makna sejenis lainnya yang bisa dipakai untuk tugas observer.
Pada saat melakukan tugas observasi, pihak observer jangan sampai mengganggu guru yang sedang berlatih. Diupayakan agar guru yang berlatih merasa tidak ada yang mengawasi, sehingga seolah-olah tidak mengetahui bahwa ia diobservasi (try to avoid being observed). sebagai observer ia hanya melihat dengan seksama penampilan guru yang sedang berlatih. Oleh karena itu secara teknis pihak observer sebaiknya menempati ruang yang aman tidak terlihat oleh guru yang sedang berlatih, namun pihak observer dapat melihat langsung gerak-gerik dan seluruh penampilan guru yang sedang berlatih. Tujuan dari kegiatan observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang akurat dan komprehensif sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar pada saat guru berlatih. Data tersebut sangat diperlukan sebagai bahan masukan pada kegiatan diskusi yang akan dilakukan setelah kegiatan latihan selesai.
Bila Anda sebagai calon guru atau bahkan sudah menjadi guru tampil mengajar di depan kelas, biasanya yang bersangkutan akan sulit untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan saat ia tampil. Dengan demikian kita akan mengalami kesulitan untuk mengetahui unsur mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus ditingkatkan atau bahkan dihilangkan sama sekali. Kesulitan itu akan muncul karena pada saat tampil ia kekurangan data atau informasi yang dating dari pihak luar. Oleh karena itu dengan adanya pihak lain yang secara khusus diminta untuk mengobservasi, maka kita (trainee) hanya fokus melaksanakan proses latihan semaksimal mungkin, dan infomasi dari penampilannya akan muncul dari pihak observer atau pembimbing.
Observer dalam proses pembelajaran mikro memiliki peran dan kedudukan
yang sangat penting, karena dari hasil pengamatan observel itulah data
dan informasi untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan mengajar
setiap yang berlatih akan didapatkan. Oleh karena sekali lagi pihak observer atau pembimbing harus yang sudah memiliki pengalaman lebih, agar dapat
melaksanakan tugasnya secara professional. Disamping itu untuk menunjang
kelancaran tugas pihak observer, perhatikan beberapa ketentuan sebagai
berikut:
a. Format Observasi; Setiap observer harus dilengkapi dengan format observasi. Format ini sangat penting sebagai panduan bagi observer dalam melakukan pengamatannya. Melalui format observasi, pihak observer dapat mengetahui sejauhmana pihak yang berlatih telah mampu menerapkan jenis keterampilan yang dilatihkannya. Isi format observasi tentu saja harus disesuaikan dengan setiap jenis keterampilan yang dilatihkannya.
b. Melihat dan mendengarkan; Observer tidak boleh ikut campur (intervensi) ketika pembelajaran sedang berlangsung. Sesuai dengan fungsinya observer hanya merekam apa yang dilihat dan didengar, sesuai dengan format observasi yang dipegangnya. Jika dianggap perlu disamping menggunakan pedoman observasi, pihak observer dituntut membuat cacatata tambahan yang dianggap penting sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya “observation have to do with what we see and hear” (Sheridian. 2005)
c. Fokus pada penampilan; observer ketika melakukan tugasnya mengobservasi
guru yang sedang berlatih, hanya membatasi dan memfokuskan pada
penampilan keterampilan yang sedang dilatihkannya. Adapun unsur-unsur lain yang diluar fokus latihan apalagi menyangkut dengan unsur
kepribadiannya sebaiknya diabaikan saja “focus on presentation behavior,
not on personality characteristics and judgments” (Sheridian.2005)
4. Fungsi dan peran pembimbing
Dalam pembelajaran mikro yang bertindak sebagai pembimbing ialah dosen mata kuliah pembelajaran mikro atau pihak supervisor, sesuai dengan fungsi, tujuan dan kewenangannya. Bila tugas observer dilakukan oleh pihak mahasiswa (feer group), maka mahasiswa tersebut sebatas pada mengamati guru yang sedang berlatih, sedangkan tugas dosen atau pihak supervisor lainnya adalah memonitor seluruh pelaksanaan pembelajaran mikro itu sendiri. Pihak pembimbing atau supervisor bertugas mengelola seluruh pelaksanaan pembelajaran mikro. Apakah semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran mikro seperti guru yang berlatih, pihak yang menjadi siswa, pihak observer sudah menjalankan tugas sesuai denga fungsi dan perannya masing-masing (on the right track).
Pihak pembimbing mencatat dan menyimpulkan seluruh
aspek pembelajaran mikro yang telah dilakukan. Hasil monitoring kemudian
dijadikan dasar untuk melakukan diksusi umpan balik dan sebagai bahan proses pembimbingan pada proses pelatihan atau pembelajaran mikro
berikutnya.
5. Fungsi dan peran sarana/fasilitas pendukung
Keberadaan sarana dan fasilitas untuk menunjang kelancaran pembelajaran mikro, tidak kalah penting dibandingkan dengan unsur-unsur pembelajaran mikro lainnya sepert: pihak guru, siswa, observer dan pihak pembimbing. Tersedianya sarana dan fasilitas pendukung yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas, akan menentukan tingkat kualitas yang dihasilkan dari pembelajaran mikro itu sendiri.
Idealnya sarana dan fasilitas pendukung yang harus dimiliki untuk kelancaran pembelajaran mikro antara lain terdiri dari:
1) Ruang khusus (laboratorium) pembelajaran mikro dengan setting ruangan dibagi kedalam tiga bagian utama yaitu: a) Ruang kelas untuk pembelajaran, lengkap dengan meja, kursi, papan tulis, media dan kelengkapan kelas lainnya, b) Ruang observasi, yaitu tempat untuk observer melihat langsung penampilan guru. Batas antara ruang observasi dengan ruang kelas penampilan, sebaiknya disekat oleh kaca yang hanya tembus pandang dari satu sisi (observer), sementara pihak guru dan siswa di ruang kelas penampilan tidak dapat melihat ke ruang observer, c) Ruang teknisi yang akan mengoperasikan peralatan perekam (Audio visual). Demikian halnya ruang teknisi, sama dengan ruang observer disekat oleh kaca yang hanya dapat dilihat dari satu arah yaitu dari pihak teknisi saja.
2) Kamera perekam; yaitu kamera yang dipasang didalam ruang kelas untuk merekam seluruh aktivitas guru dan siswa selama beralangsungnya pembelajaran mikro. Jenis kamera yang digunakan sebaiknya adalah kamera otomatis (mobile). Penempatan kamera diusahakan ditempat yang netral sehingga dapat menjangkau seluruh area aktivitas dalam ruang kelas. Dengan demikian kamera aktif mengikuti seluruh gerak-gerik guru ketika mengajar tanpa harus menggunakan operator (kameramen). Hal ini penting agar tidak mengganggu situasi pembelajaran atau latihan yang sedang dilaksanakan.
Gambarnya langsung tersambung ke ruang observer dan ruang teknisi, dan melalui TV monitor yang dipasang diruang ruang observasi, pihak observer dapat dengan jelas melihat dan mendengar suasana pembelajaran di tempat latihan. Demikian juga pihak teknisi akan dengan mudah mengendalikan peralatan yang digunakannya sehingga semua aktivitas pembelajaran akan terpantau.
3) Ruang proyeksi; yaitu suatu ruang pembelajaran yang akan digunakan untuk memutar ulang hasil rekaman pada saat guru berlatih mengajar. Ruang proyeksi sekaligus juga digunakan untuk diskusi umpan balik dan melakukan pembahasan yang dianggap perlu sesuai dengan hasil latihan yang telah dilakukan. Dalam ruang proyeksi sebaiknya dilengkapi dengan peralatan teknologi informasi dan komunikasi, misalnya seperangkat komputer dengan LCD yang selalu siap untuk digunakan. Ruangan proyeksi sebaiknya juga tersambung dengan jaringan internet, agar memudahkan untuk melakukan akses informasi untuk memperkaya bahan pada saat kegiatan umpan balik.
Letak ruang proyeksi diusahakan berdampingan dengan ruang lab
pembelajaran mikro, bahkan sebaiknya merupakan bagian dari lab
pembelajaran mikro itu sendiri. Hal ini penting agar setiap selesai proses
latihan di ruang kelas tempat berlatih (lab pembelajaran mikro), pada saat
itu pula bisa secara langsung dilakukan pemutaran ulang (play back), dan
diskusi umpan balik.
4) Ruang Lab Pembelajaran mikro sebagai tempat melatih keterampilan mengajar bagi calon guru dan para guru, dalam waktu yang cepat harus dapat memberikan data atau informasi yang diperlukan berkenaan dengan gambaran penmpilan peserta yang berlatih. Hal ini penting agar diskusi umpan balik bisa langsung dilakukan, tidak ditunda pada hari-hari berikutnya. Penyampaian umpan balik yang dilakukan dengan cepat setelah berakhirnya peserta berlatih, maka akan memberi dampak positif terhadap peningkatan kualitas penampilan peserta yang berlatih.
Hal ini bisa dirasakan oleh Anda, ketika menerima umpan balik dari teman atas perbuatan Anda seminggu yang lalu. Tentu kesannya akan terasa kurang hangat dan menyenangkan dibandingkan dengan umpan balik yang langsung diterima setelah selesainya pekerjaan. Oleh karena itu kelengkapan sarana dan fasilitas yang dapat memberikan data secara cepat dan akurat sangat dibutuhkan. Menurut David P. Phillips “The lab exercises were all steps in developing a serial port controlled, multitasking, real-time data acquisition system” (2005).
Dari beberapa unsur yang dijelaskan di atas terkait dengan kebutuhan
sarana dan fasilitas pendukung untuk kelancaran pelaksanaan
pembelajaran mikro, secara skematis dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut: