Tidak Mudah Mengambil Keputusan Etis
Mengapa tidak mudah dan sering sukar mengambil suatu keputusan etis? Orang yang bekerja keras dan cinta kepada negaranya, tidak selalu mengetahui perbuatan mana yang paling tepat. Meskipun orang yang demikian betul-betul mengabdi kepada negara sebagai wiraswasta atau karyawan salah satu kantor, namun ia sering mengalami kesukaran dalam menentukan apa yang benar dan apa yang salah. Mengambil keputusan tidak semudah memilih antara putih atau hitam, melainkan antara dua corak warna'yang samar- samar. Dan lagi, orang yang setuju tentang prinsip etis belum tentu setuju dengan penerapan prinsip itu di dalam suatu kasus nyata tertentu. Contoh: seorang pengusaha setuju dengan larangan berbohong, namun tidak keberatan memberikan uang pelicin kepada pejabat untuk memperoleh fasilitas usaha. Bagi dia tidak menjadi masalah, entah itu bertentangan dengan peraturan atau tidak.
Ada orang yang berpendapat, bahwa pilihan tentang perbuatan yang benar selalu mudah, asal kita sungguh-sungguh mau melakukan yang benar. Etika bukan hanya menjelaskan kepada orang untuk mengetahui apa yang benar, melainkan juga untuk menolong orang berbuat yang benar.
Perlu kita camkan bahwa etika lebih mengena dengan tekad ketimbang pertimbangan dan uraian. Yang penting bukan uraian dan keterangan, melainkan desakan, peringatan, dan teguran.
Uraian dan keterangan diperlukan karena kebanyakan- orang menganggap etika hanya sekadar sebagai pilihan antara yang baik dan yang jahat, dan kurang siap menghadapi keputusan-keputusan yang rumit Meskipun tekad dan ketetapan hati menjadi perhatian utama etika, namun etika harus juga menjelaskan liku-liku pilihan etis yang rumit Etika menolong orang dalam mendekati pilihan itu dengan terampil dan cerdas.
Juga perlu dibedakan antara pertimbangan etis dan kemauan etis. Perkataan pertimbangan masih dalam kondisi disangsikan atau dalam keadaan bimbang. Jelas bahwa mengambil keputusan dengan kemauan etis berbeda dengan pertimbangan mengambil keputusan etis. Dengan demikian kemauan untuk berbuat yang baik harus kuat jelas, dan pasti. Kesungguhan hati adalah mutlak. Bahkan seseorang yang memiliki kemauan yang keras masih saja bisa ragu-ragu tentang apa yang harus dilakukan dalam suatu masalah yang rumit
Kesungguhan hati tidak selalu menghasilkan keyakinan tentang apa yang benar. Kesungguhan itu baru berarti apabila menghadapi setiap masalah etis kita bersedia menjalankan kewajiban kita untuk secara pribadi dan tekun menciptakan masyarakat Pancasila yang kita idam-idamkan.
Kita wajib berusaha dengan tekun mencari jalan ' ang benar, kendati keterbatasan kita dalam menentukan jalan yang benar itu. Walaupun kita sering mengalami kesukaran dalam memutuskah apa yang baik, namun kita harus berusaha mencapai keputusan yang benar. Di tengah kondisi dan keadaan yang rumit kadang-kadang sukar menemukan jalan keluar yang baik. Karena itu ada orang yang bahkan berpendapat bahwa jalan mana yang dipilih tidak begitu penting. Mereka merasa bahwa semua jalan memiliki segi yang baik, sehingga mana yang dipilih adalah baik. Pendapat ini bukan menunjukkan keterbatasan, melainkan kurang menghargai pentingnya arti mengambil keputusan etis. Kita harus memilih antara hal-hal yang merupakan campuran dari yang baik dan buruk. Juga kita bertanggung jawab memilih yang terbaik dan menolak yang kurang baik. Contoh: kita menemukan uang yang hilang milik teman akrab. Kita dengan segera akan mengembalikan uang itu. Kita tidak akan tergoda mengambil uang itu untuk diri sendiri. Kesetiaan dan persahabatanlah yang diutamakan. Contoh: seorang WNI keturunan Cina sudah lebih dari lima generasi bermukim di negara kita. Sudah sepantasnya ia tidak akan mengkhianati negara Republik Indonesia, walaupun tergiur oleh uang bermiliar-miliar rupiah.