PENGUJIAN SUBSTANTIF-AFRIZAR PANE, CPA

Pengujian   substantif

 Pengujian   substantif   merupakan   langkah   ketiga    dari    tahap    pelaksanaan pemeriksaan. Pengujian substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo – saldo laporan keuangan.

Jenis pengjian substantive :

a.  Pengujian atas transkasi

b.  Prosedur analitis

c.  Pengujian terperinci atas saldo


A. Pengujian atas transaksi

Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur – prosedur audit ntuk pengujian kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukannya pengujian atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah terotorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dangan benar.

 

Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk transaksi:

 a.  Existence

b.  Completeness

c.  Accuracy

d.  Classification

e.  Timing

f.  Posting and summarizing

 Jika auditor percaya bahwa transaksi di catat dengan benar dalam jurnal dan diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah benar.

 Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan :

a.  Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi

b.  Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal

c.  Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku pembantu.

 Metodologi Perancangan Program Audit untuk Pengujian atas Transaksi. Program audit pengujian atas transaksi, biasanya mencakup :

a.  Bagaimana penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur pengendalian intern.

b.  Gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern

c.  Rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan

 

Baik prosedur yang di jalankan maupu risiko pengendalian yang direncanakan akan mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.

 Metodologi untuk merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi:

 a.  Melaksanaka prosedur untuk memehami srtuktur pengendalian intern

b.  Menetapkan risiko pengendalian

c.  Mengevaluasi biaya dan manfaaat dari pengujian atas pengendalian

d.  Merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk memenuhi tujuan audit berkaitan transaksi

•   Prosedur audit

•   besar sampel

•   pos / unsure yang dipilh

•   saat pelaksanaan

 

Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan bervariasi tergantung kepada rencana risiko pengendalian yang di tetapkan.

 Jika pengendalian efektif dan risiko pengendalian yang direncanakan rendah, penekanaan akan banyak diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian substantive atas transaksi juga akan ditekankan.

 Jika risiko pengendalian ditetapkan, maka hanya pengujian substantive atas transaksi yang akan digunakan. Prosedur yang dilakukan dalam memperoleh pemahaman pengendalian intern akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.

 

Prosedur Audit yang dilakukan dalam Pengujian Detai Transaksi:

 •   Tracing : pilih satu sempel sales invoice dan telusur ke sales journal

•   Vouching: pilih satu sempel transaksi yang di catat dalam sales journaldan telusur ke sales invoices.

•   Reperforming :periksa kercermatan perkaliandan penjumlahan pada sales invoice.

•   Inquiring : tanyakan pada klien apakah ada transaksi- transaksi related parties.

 Pada pegujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujianya untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian detail transaksi untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan kebijakan dan prosedurpengendalian.

 Pengujian ini umunya leihanyak menyita waktu dibandingkan prosedur analitis, oleh karenanya pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya dari pada prosedur anatilis.

  B. Prosedur Analitis

 prosedur analitis yang sering dilakuakan auditor adalah perhitungan rasio untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. tujuan penggunaan prosedur analitis adalah:

 a.  Memahami bidang usaha klien

b.  Menetapkan kemampuan kelangdungan hidup entitas

c.  Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

d.  Menggurangi pengujian audit yang lebih rinci

 Efektifitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan terjadi salah saji material, tergantung pada factor:

 1.  Sifat asersi

2.  Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan

3.  Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangakan harapan

4.  Ketepatan harapan

 Prosedur analaitias dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda, yaitu :

 •   Tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain yang di perlukan untuk memenuhi resiko audit yang di inginkan (disyaratkan)

•   Selama pelaksanaan audit bersama- sama dengan pengujian atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo (bebas pilih)

•   Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (disyaratkan)

 C. Pengujian Terinci atas Saldo

 Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhit buku besar baik untuk akun neraca maupun labarugi, tetapi penekanan utama adalah pada neraca.

 

Pengujian detail saldo akun yang direncaakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan. Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi tahap – tahap sebagai berikut :

 1.  Menetapkan materialitas dan resiko audit ynag dapat di terima dan resiko bawaan suatu akun. Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan mengalokasikan totalnyake saldo akun telah di putuskan auditor, salah saji yang dapat ditoleransi di tentukan untuk masing- masng saldo yang signifikan. Salah saji yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo makin besar.

Resiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara keseluruhan, daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dari perkiraan lain. Resiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek historis, linkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam tahun berjalan.

 2.  Menetapkan resiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi

 Pengendalian yang efektif akan mengurangi resiko pengendalian dan dengan demikian mengurangi barang bukti yang diperlukan untuk pengujian substantive atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan bukti substantive yang dibutuhkan.

 3.  Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosuder analisis untuk suatu siklus akuntansi. Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh hasil yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.

 4.  Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit, pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sempel, pos garing miring unsure yang dipilih dan saat pengujian. Prosedur-prosedur harus dipilih dan dirancang bagi masing-masing perkiraan dan masing-masing tujuan audit dalam setiap perkiraan.

 Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan:

 a.         Sifat pengujian

b.         Waktu pengujian

c.         Luas pengujian substantive

 Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif

 Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:

1.         Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.

2.         Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas mereka.

3.         Menginspeksi dokumen dan catatan.

4.         Melakukan penghitungan kembali

5.         Konfirmasi

6.         Analisis

7.         Tracing atau pengusutan

8.         Vouching atau penelusuran

 Sifat Atau Jenis Pengujian Substantif

 Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah maka auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu:

 1.  Pengujian rinci atau detail saldo

2.  Pengujian rinci atau detail transaksi

3.  Prosedur analitis

 Pengujian Detail Saldo, metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:

 1.  Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.

2.  Menetapkan risiko pengendalian

3.  Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis

4.  Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara memuaskan.

 Hubungan Risiko Deteksi dengan Pengujian Detail Saldo

Hubungan Risiko Deteksi dengan Pengujian Detail Saldo

 

Tingkat Risiko Deteksi

Langkah Pengujian Detail Saldo

Tinggi

Scan rekonsiliasi bank yang dibuat klien dan verivikasi

ketepatan perhitungan matematisnya

Moderat

Review    rekonsiliasi     bank    yang    dibuat   klien    dan

verivikasi pada sebagain besar item-itemnya.

Rendah

Buatlah rekonsiliasi bank dan verivikasi item-item yang

direkonsiliasi tersebut

 

 Pengujian Detail Transaksi, pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:

 1.  Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.

2.  Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.

3.  Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan buku pembantu.

 Pengujian detail transaksi dilakukan dengan vouching dan tracing. Auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter.

 Prosedur Analitis, prosedur analitis meliputi jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan auditor juga meliputi perhitungan rasio oleh auditor.

 Ada empat kegunaan prosedur analitis yaitu:

 1.  Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri klien.

2.  Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya.

3.  Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan keuangan klien.

4.  Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian audit detail.

 Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Substantif

 Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi penentuan waktu pelaksanaan pengujian substantif. Jika risiko deteksi rendah maka pengujian substantif lebih baik dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal neraca.

 Luas Pengujian Substantif

 Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti yang harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian subtantif yang dilakukan.

 Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan dalam kertas kerja dalam bentuk program audit.


Last modified: Wednesday, 29 March 2023, 4:40 PM