Retorika Masa Romawi

Teori retorika Aristoteles pada masa Yunani sangat sistematis dan komprehensif. Pada satu sisi retorika telah memperoleh dasar yang kokoh, namun pada sisi lain uraiannya yang lengkap dan persuasif telah menyebabkan para ahli retorika sesudahnya tidak menghasilkan karya yang bagus tentang retorika. Orang Romawi selama 200 tahun setelah buku Aristoteles yang berjudul De Arte Rhetorica tidak menambahkan apa-apa yang berarti bagi perkem- bangan retorika.

Buku Ad Herrenium yang ditulis dalam bahasa Latin kira-kira 100 SM hanya menyistematisasikan dengan cara Romawi warisan retorika gaya Yunani. Orang-orang Romawi bahkan hanya mengambil segi-segi praktisnya saja. Walaupun begitu, kekaisaran Romawi bukan saja subur


dengan sekolah-sekolah retorika, tetapi juga kaya dengan orator-orator ulung seperti Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius.

Kemampuan Hortensius disempurnakan oleh Cicero. Karena dibesarkan dalam keluarga kaya dan menikah dengan istri yang memberinya kehormatan dan uang, Cicero muncul sebagai negarawan dan cendekiawan. Pernah hanya dalam dua tahun (45-44 SM) ia menulis banyak buku filsafat dan lima buah buku retorika. Dalam teori, ia tidak banyak banyak menampilkan penemuan baru. Ia banyak mengambil gagasan dari Isocrates. Ia percaya bahwa efek pidato akan baik bila yang berpidato adalah orang baik juga, atau dalam bahasa Inggris disebut “the good man speaks well”. Dalam praktek, Cicero betul-betul orator yang sangat berpengaruh.

Caesar, penguasa Romawi yang ditakuti, memuji Cicero dengan mengatakan “Anda telah menemukan semua khazanah retorika, dan Andalah orang pertama yang menggunakan semuanya. Anda telah memperoleh kemenangan yang lebih disukai dari kemenangan para jenderal. Karena sesungguhnya lebih agung memperluas batas-batas kecerdasan manusia daripada memperluas batas- batas kerajaan Romawi”. Dari tulisan-tulisannya yang dapat dibaca sampai sekarang, dapat diketahui bahwa Cicero sangat terampil dalam menyederhanakan pembicaraan yang sulit. Bahasa Latinnya mudah dibaca. Melalui penanya, bahasa mengalir deras tapi indah.

Cicero merupakan orator ulung pertama dari kalangan bangsa Romawi dengan bukunya yang berjudul “De Oratore”. Ia mempunyai suara berat mengalun, pada suatu saat menggema, pada waktu yang lain halus merayu dan terkadang disertai dengan cucuran air mata. Jika Cicero


berpidato, ia telah benar-benar mempelajarinya dengan baik, tentang isi dan cara membawakannya. Buku yang ditulisnya memberi   penekanan    pada    keindahan komposisi        dan penyampaian. Inti pidato harus mencerminkan kebenaran dan kesusilaan, seorang orator harus bisa meyakinkan pendengarnya.    Untuk    mencapai     semua     di    atas,    ia menyarankan bahwa seorang orator harus mencari bahan- bahan yang akan dibahas, menyusun dengan sistematis, mencoba menghafal isinya, dan menyampaikan dengan baik.

Teknik yang digunakan oleh Cicero biasa digunakan oleh orang-orang Yunani Kuno yaitu dengan dialog dan drama. Cicero juga percaya bahwa efek pidato akan baik jika yang berpidato orang baik juga, atau dikenal dengan istilah “good man speaks well”. Pengalaman Cicero dalam bidang politik adalah ia pernah menjadi konsul dan mencegah perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Catilina. Pada tahun 60 SM, ia bertentangan dengan tiga serangkai, yaitu Pompeyus, Caesar, dan Crassus, yang menyebabkan dirinya dibuang. Karena tindakannya yang selalu menentang akhirnya ia dibunuh. Pidato-pidatonya yang terpenting ialah In Verrem yaitu pidato yang ditujukan kepada Verres yang melakukan pemerasan, In Catilinam yang ditujukan kepada Catilina dengan maksud untuk menentangnya, Philippica yaitu pidato yang ditujukan untuk menentang Antonius.

Puluhan tahun sepeninggal Cicero, Quintilianus mendirikan sekolah retorika. Ia sangat mengagumi Cicero dan berusaha merumuskan teori-teori retorika dari pidato dan tulisan Cicero dalam buku yang berjudul Institutio Oratoria.

Last modified: Thursday, 12 September 2024, 6:33 PM