Pandangan Retorika terhadap Bahasa
Bahasa juga merupakan pokok persoalan yang masuk dalam lingkup retorika. Retorika memiliki pandangan sendiri terhadap bahasa. Bagi retorika, bahasa adalah simbol yang berupa bunyi-bunyi bahasa untuk berkomunikasi. Bahasa memiliki daya simbolik yang besar, sehingga melalui bahasa pembicara dapat melakukan abstraksi. Kegiatan berkomunikasi sesungguhnya kegiatan berabstraksi, yakni
mengabstraksikan referen-referen dengan bunyi-bunyi yang membentuk bahasa. Jadi bahasa adalah abstraksi referen.
Hal ini membuka kemungkinan adanya penafsiran lebih dari satu, sehingga menimbulkan ambiguitas. Sehubungan dengan ini, maka kekuranghati-hatian mempergunakan bahasa inilah yang merupakan sumber kesalahpahaman dalam komunikasi. Retorika memberi bimbingan tentang bagaimana memanfaatkan bahasa dalam kegiatan berbicara. Bagian-bagian yang termasuk dalam jangkauan bimbingan retorika adalah:
a. Memilih ragam bahasa
Retorika menyadari bahwa bahasa dalam pemakaiannya tidak hanya mengenal satu ragam saja. Ada ragam resmi, ada yang tidak resmi. Masing-masing ragam berbicara ini memiliki bidang pamakaiannya sendiri-sendiri. Ragam bahasa pergaulan misalnya hanya cocok untuk mengobrol dengan teman akrab, tetapi tidak cocok dipakai untuk berbicara resmi. Atas dasar kesadaran ini, retorika menganjurkan kepada setiap pembicara untuk memilih ragam bahasa yang efektif, yaitu ragam bahasa yang didasarkan atas penyesuaian yang tepat dengan situasi pembicaraan, bentuk pembicaraan, topk pembicaraan, kondisi penanggap pembicaraan, serta lingkungan sosial dan budaya dari pihak yang terlibat dalam kegiatan berbicara.
b. Memilih materi bahasa
Retorika mengakui bahwa bahasa memiliki materi kata (kata, istilah, ungkapan, kalimat) yang berimbang dengan kebutuhan masyarakat pemakainya. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa setiap materi itu cocok untuk segala situasi. Karena itu di sini diperlukan
kecakapan untuk memilih materi bahasa yang paling efektif. Ciri umum dari materi bahasa yang efektif ini adalah di satu pihak ia bisa dengan tepat mewadahi gagasan pembicaranya, sedangkan di pihak lain materi tersebut memiliki kemampuan yang memadai bila dipakai untuk mengungkapkan kembali gagasan-gagasan oleh lawan bicara.
c. Menata materi bahasa
Kata-kata, istilah, ungkapan, kalimat tidak akan berdaya maksimal kalau tidak ditata dengan baik. Karena itu retorika mengembangkan cara-cara dalam menata kalimat agar menjadi kalimat yang tersusun baik, padu, mantap, dan bervariasi dalam panjang dan strukturnya. Di samping itu, dikembangkan pula cara-cara meng- hubungkan kalimat sehingga susunan kalimat menjadi pembicaraan yang jelas dan mudah dipahami oleh pendengarnya. Retorika juga mengembangkan cara-cara menyusun paragraf. Becker menyarankan agar menampilkan satu gagasan inti dalams etiap paragraf, kemudian membatasi dan menjelaskan gagasan inti tersebut dengan kalimat-kalimat penjelas.
d. Memilih gaya bahasa
Bagi retorika, gaya bahasa (style) memegang peranan penting dalam berbicara. Peranan gaya bahasa ini seperti aroma dalam makanan yakni untuk merangsang selera pendengar. Retorika selain menganjurkan kebenaran dan ketepatan, juga menyarankan meng- gunakan gaya bahasa atau majas yang mampu memikat perhatian pendengar.