Pandangan Retorika terhadap Manusia sebagai Persona Bicara

Manusia sebagai persona bicara, retorika memiliki pandangan-pandangan sebagai berikut:

a.    Manusia memiliki instink berbicara. Artinya manusia memiliki daya jiwa yang memungkinkan manusia menguasai bahasa untuk berbicara. Kemampuan ini dikuasai oleh manusia melalui belajar. Daya jiwa ini merupakan warisan biologis yang dibawa sejak lahir. Instink berbicara ini tidak dimiliki oleh binatang. Jadi hanya manusialah yang memiliki instink berbicara ini. Menurut pandangan retorika, daya jiwa yang memungkinkan manusia untuk mempelajari dan menguasai bahasa ini dapat dibina menjadi kecakapan berbicara.

b.    Manusia adalah makhluk pemakai simbol. Artinya, manusia memiliki kemampuan menggunakan simbol. Yang dimaksud dengan simbol di sini adalah simbol komunikasi yang disebut bahasa. Retorika mempunyai tugas untuk membina dan meningkatkan penataan bahasa tersebut agar dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang efektif. Simbol dalam bentuk bahasa ini dapat berfungsi ganda bagi manusia, yakni dapat pula digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan diri (di dalam posisinya sebagai komunikator), dan daapat pula


digunakan sebagai alat untuk merespon (dalam posisinya sebagai komunikan).

c.    Manusia memiliki instink etis. Artinya manusia dalam kelahirannya telah memiliki instink etis. Instink ini memandu manusia sehingga dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang patut dan tidak patut, yang baik dan yang buruk. Pengakuan instink ini bermula dari Plato, kemudian diambil alih oleh Aristoteles dan dimasukkannya ke dalam retorika sebagai salah satu unsur utama retorika. Aristoteles dalam ajaran-ajaran retorikanya berulang kali mengingatkan dalam menguraikan sesuatu, seorang pembicara tidak boleh mengabaikan kebenaran.

d.    Manusia memiliki kemampuan kejiwaan. Artinya manusia memiliki kemampuan-kemampuan seperti berpikir, merasakan, berkontemplasi, dan lain-lain. Kemampuan-kemampuan ini mereka gunakan untuk menganalisis suatu persoalan. Setelah tu, mereka menyampaikannya dengan bahasa yang dipandang tepat. Kemampuan-kemampuan kejiwaan ini berbeda dari orang ke orang. Karena itu perbedaan retorika yang digunakan oleh seseorang dapat dipulangkan pada adanya perbedaan kemampuan berpikir, merasakan, dan berimajinasi ini.

Last modified: Thursday, 26 September 2024, 10:23 AM