2019/2 - Cipto Simanjuntak__ Psikologi Kepemimpinan

Sisi Lain  tentang Kepemimpinan dari Tema Ketahanan

Karakter Kepemimpinan yang berubah sesuai situasi. Meskipun Shackleton unggul dalam memimpin pria melalui ekspedisi yang sulit dan berbahaya, ia bernasib buruk ketika kembali dalam "peradaban." Dia cenderung terlibat dalam skema keuangan yang buruk dan urusan di luar nikah. Dia ingin melarikan diri dari kerumitan dan kegilaan kehidupan sehari-hari ke tugas-tugas eksplorasi yang sulit namun bersih dan sederhana, dan mengakui dalam sepucuk surat kepada istrinya: “Kadang-kadang saya pikir saya tidak pandai apa pun selain berada di alam liar hanya dengan laki-laki. "

Kepemimpinan dapat diperoleh dengan pengalaman. Sering dikatakan bahwa pemimpin dilahirkan, bukan dibuat. Sementara beberapa kualitas kepemimpinan Shackleton mungkin telah menjadi bawaan, kesalahan yang dilakukannya - dan cara Shackleton belajar dari kesalahan-kesalahan itu - menunjukkan bahwa, seperti yang dikatakan John Gardner, kepemimpinan dapat dipelajari. Selain itu, Shackleton adalah seorang siswa dari pengalaman penjelajah lain. Secara khusus, ia mengagumi dan berusaha meniru keterampilan, persiapan, dan perhatian terhadap detail yang diperlihatkan oleh Roald Amundsen dari Norwegia, terutama dalam lomba Amundsen yang sukses tahun 1911 untuk menjadi yang pertama ke Kutub Selatan.

Banyak pelajaran yang diterapkan pada ekspedisi Ketahanan dipelajari pada eksplorasi sebelumnya di mana Shackleton menjadi anggota. Beberapa pelajaran ini - seperti bahaya hanya mengandalkan rantai komando untuk memimpin, dan pentingnya memperlakukan laki-laki secara adil - bersifat umum. Lainnya, seperti kebutuhan untuk melawan ketegangan psikologis dari keheningan dan kesuraman Antartika, adalah spesifik hanya untuk eksplorasi kutub tetapi tidak kalah penting. Seandainya Shackleton memberanikan diri keluar dalam ekspedisi Endurance tanpa mempelajari pelajaran-pelajaran ini, kecil kemungkinan kisah Endurance memiliki akhir yang bahagia.