Persalinan Standar International Confederation Of Midwives (ICM)

Persalinan Standar International Confederation Of Midwives (ICM)

Kehamilan, Persalinan, dan Nifas) Standar ICM

a. Pengertian persalinan 

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu, Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir sampai lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-KR, 2017).

b. Fase dalam persalinan 

1) Kala I persalinan 

Kala satu persalinan dimulai sejak adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan servik yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap. Proses pembukaan servik sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten yaitu pembukaan servik kurang dari 4 cm dan fase aktif : pembukaan servik dari 4 cm sampai 10 cm (JNPK-KR, 2017). Lamanya kala I untuk primigravida adalah 12 jam, sedangkan untuk multigravida berlangsung 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam (Puspita dan Rimandini, 2014). Perubahan fisiologis pada ibu bersalin kala I, yaitu: perubahan serviks, peningkatan tekanan darah, peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh tidak lebih dari 0,5-1 ᵒC, denyut nadi, pernafasan, dan perubahan pada saluran cerna (JNPK-KR, 2017).

2) Kala II persalinan 

Kala dua persalinan dimulai dari dilatasi servik lengkap sampai lahirnya bayi. tahap dikelan dengan kala ekpulsi (JNPK-KR, 2017). Tanda dan gejala kala II, yaitu: a) His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50-100 detik. b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. c) Ketuban pecah pada pembukaan yangdideteksi lengkap dan diikuti keinginan mengejan karena tertekannya fleksus frankenhauser. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu. Perubahan fisiologis ibu pada kala II persalinan yaitu, tekanan darah dapat meningkat 15-25 mmHg selama kontraksi kala II. Peningkatan metabolism yang terus menerus disertai upaya mendorong pada ibu menambah aktivitas otot-otot rangka untuk memperbesar peningkatan metabolism. Frekuensi nadi, pernafasan, dan suhu juga meningkat selama proses persalinan (JNPK-KR, 2017).

3) Kala III persalinan

Kala tiga persalinan dimulai dari lahirnya bayi hingga keluarnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala tiga, myometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Hal ini mengakibatkan tempat pelekatan menjadi semakin kecil, sehingga ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudia lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina (JNPK-KR, 2017).

4) Kala IV 

Persalinan Kala empat dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir dua jam kemudian. Pemantauan dilakukan 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua. Pemantauan yang dilakukakan seperti tekanan darah, suhu, nadi, tinggi fundus uterus, kandung kemih, kontraksi, dan pengeluaran darah (JNPK-KR, 2017)

c. Lima benang merah dalam asuhan persalinan

Lima aspek dasar lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan menurut (JNPK-KR, 2017). 

1) Membuat keputusan klinik 

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan ini harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan. 

2) Asuhan sayang ibu dan bayi 

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan saying ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. 

3) Pencegahan infeksi 

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisahkan dari komponenkomponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti HIV/AIDS dan Hepatitis.

4) Pencatatan/dokumentasi 

Pencatatan adalah bagian terpenting dari proses pembuatan keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan. Mengkaji ulang catatan memungkinkan data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan bagi ibu dan bayinya. Hal yang penting diingatkan yaitu identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis, dan obat-obatan yang diberikan dan partograf adalah bagian terpenting dari proses pencatatan selama persalinan (JNPK-KR, 2017).


Pencatatan menggunakan partograf dimulai pada fase aktif kala I. Partogaf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan membuat keputusan klinik, hasil pemeriksaan selama fase aktif meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obatobatan dan cairan yang diberikan, kondisi Ibu dan keputusan klinik lainnya dilakukan pencatatan. Kondisi ibu dan bayi yang harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu denyut jantung janin, kontraksi uterus, nadi tiap 30 menit. Pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah dan suhu tiap 4 jam, serta produksi urine, aseton dan protein tiap 2 jam (JNPK-KR, 2017).

5) Rujukan 

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kefasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian beras ibu akan menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayinya sehingga perlu rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap penolong persalinan harus mengetahui fasilitas rujukan yang mampu menatalaksana kasus gawatdarurat obstertri dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2017).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu (JNPK-KR, 2017). 

1) Tenaga (Power)

 a) His atau kontraksi 

Kontraksi berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas, kemudian akan diantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang. Kontraksi akan membuat pembukaan servik dan membantu penurunan janin. Hal ini yang harus diperhatikan dalam memantau his adalah frekuensi, durasi, interval, dan intensitas.

b) Kekuatan mengedan Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, kontraksi bersifat mendorong keluar. Pada saat ini akan muncul reflex yang mengakibatkan pasien mengkontaksikan otot-otot perutnya, dan menekan diafragmanya ke bawah.

2) Janin dan plasenta (Passanger) 

Janin akan bergerak disepanjang jalan lahir yang merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

3) Jalan lahir (Passage) 

Ada empat tipe tulang panggul yaitu ginekoid, anfroid, anthropoid, dan platipelloid. Jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah Rahim, vagina, otot, jaringan, dan ligament yang menyongkong.

4) Psikis ibu bersalin 

Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh, dukungan suami dan anggota keluarga sangat penting untuk emndampingi ibu selama proses persalinan.

5) Penolong persalinan 

Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas, kecekatan, pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dan menolong persalinan. Penolong persalinan juga harus selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi (PI).

 e. Adaptasi psikologi ibu bersalin

Perubahan psikologis yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap proses kehamilan yang terjadi. Dukungan psikologis dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang, dan empati) pada wanita hamil dan dari aspek teknis dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri, dan asuhan neonatal). Sebagai seorang bidan, hendaknya mampu untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang mengalami perubahan psikologis dengan pendekatan kebidanan didasarkan pada konsep-konsep, sikap, dan keterampilan sesuai dengan evidence based.

1) Perubahan psikologis pada ibu bersalin kala I 

Pada persalinan kala I, selain pada saat kontraksi uterus, umumnya ibu dalam keadaan santai, tenang dan tidak terlalu pucat. Kondisi psikologis yang sering terjadi pada ibu bersalin kala I yaitu : 

a) Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan sendiri Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan cacat atau mengalami sakit. Walaupun pada jaman ini kepercayaam pada ketakutan gaib selama proses reproduksi sudah berkurang sebab secara biologis, anatomis, dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada peristwa partus bisa dijelaskan dengan alasan patologis atau sebab abnormalitas. 

b) Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan, dan konflik batin. Hal ini disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman, dan tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering kesulitan bernapas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya diwaktu kehamilannya. 

c) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak sabaran sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu. Hal ini disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya kontraksi-kontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban yang amat berat. 

d) Ketakutan ibu dalam menghadapi kesulitan dan resiko bahaya dari melahirkan bayinya merupakan hambatan dalam persalinan. 

e) Adanya harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Relasi ibu dengan calon anaknya terpecah sehingga ibu merasa perannya sebagai ibu akan semakin jelas serta timbul dualitas perasaan yaitu harapan cinta kasih atau sebaliknya. 

f) Sikap bermusuhan terhadap bayinya Hal ini dapat terjadi jika harapan ibu ingin memiliki janin yang unggul tidak terpenuhi, cemas kalau bayinya tidak aman diluar rahim dan belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu. 

g) Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi Ibu sering diliputi oleh perasaan takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah dan ketakutan yang nyata dalam menghadapi persalinan.

2) Perubahan psikologis ibu bersalin kala II 

Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tetapi ada juga yang merasa takut. Adapun perubahan psikologis yang terjadi yaitu sebagai berikut :

a) Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap

 b) Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap

 c) Frustasi dan marah 

d) Tidak memperdulikan apa saja dan siapa yang ada di kamar bersalin 

e) Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah

 f) Fokus pada dirinya sendiri 

Masalah psikologis yang terjadi pada masa persalinan adalah kecemasan. Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tetapi ada juga yang merasa takut. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Ibu bersalin mengalami gangguan dalam menilai realitas, namun kepribadian masih tetap utuh. Perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batasbatas yang normal.


Last modified: Thursday, 26 September 2024, 3:07 PM