5.5 Langkah-Iangkah Supervisi Klinis

Penjelasan konsep supervisi klinis dan beberapa hasil penelitian tentang keefektifannya membawa kita untuk meyakini betapa pentingnya supervisi klinis sebagai satu pendekatan dalam pengembangan pengajaran guru. Sudah seharusnya setiap supervisor pengajaran berusaha untuk menerapkannya bagi guru-guru yang menjadi Kawasan tanggung jawabnya. Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana prosedurnya.

Menurut Cogan (1973) ada delapan kegiatan dalam supervisi klinis yang dinamainya dengan siklus supervisi klinis. Disini istilah siklus mengandung dua pengertian pertama, prosedur supervisi klinis terdiri dari sejumlah tahapan yang merupakan proses yang berkesinambungan. Kedua, hasil pertemuan tahap akhir menjadi masukan untuk tahap pertama pada siklus berikutnya. Kedelapan tahap yang dikemukakan oleh Cogan adalah sebagai berikut (1) tahap membangun dan memantapkan hubungan guru-supervisor, (2) tahap perencanaan bersama guru, (a) tahap perencanaan strategi observasi, (a) tahap observasi pengajaran, (5) tahap analisis proses pembelajaran, (6) tahap perencanaan strategi pertemuan, (7) tahap pertemuan, dan (8) tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya.

Menurut Mosher dan Purpel (1972) ada tiga aktivitas dalam proses supervisi klinis, yaitu (1) tahap perencanaan, (2) tahap observasi, dan (3) tahap evaluasi dan analisis. Menurut Oliva (1984) ada tiga aktivitas esensial dalam proses supervisi klinis, yaitu (1) kontak dan komulikasi dengan guru untuk merencanakan observasi kelas (2) observasi kelas, dan (3) tindak lanjut observasi kelas. Sedangkan menurut Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) ada lima kegiataa dalam proses supervisi klinis, yang disebutnya dengan sequence of supervision yaitu (1) Pertemuan sebelum observasi (2) observasi, (3) analjsis dan strategi, (4) pertemuan supervisi, dan (5) analisis sesudah pertemuan supervisi.

Dengan demikian, walaupun berbeda deskripsi pada para teriotisi di atas tentang langkah-langkah proses supervisi klinis, sebenarnya Langkah - langkah ini bisa dikembalikan pada tiga tahap esensial yang berbentuk siklus, yaitu (1) tahap pertemuan awal, (2) tahap observasi mengajar, dan (3) tahap pertemuan balikan.

1.       Tahap pertemuan awal

Tahap pertama dalam supervisi klinis adalah tahap pertemuan awal (preconference). Pertemuan awal ini dilakukan sebelum melaksanakan observasi kelas sehingga banyak juga para teoritis supervisi klinis yang menyebutkan dengan istilah tahap pertemuan sebelum observasi (preobservation Conference). Menurut Sergiovani (1987) tidak ada tahap yang lebih penting daripada tahap pertemuan awal ini.

Tujuan utama pertemuan awal ini adalah untuk mengembangkan bersama antara supervisor dan guru, kerangka kerja observasi kelas yang akan dilakukan. Hasil akhir pertemuan awal ini adalah kesepakatan (contract) kerja antara supervisor dan guru. Tujuan ini bisa dicapai apabila dalam pertemuan awal ini tercipta kerja sama, hubungan kemanusiaan dan komunikasi yang baik antara supervisor dengan guru.

Selanjutnya kualitas hubungan yang baik antara supervisor dan guru memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan tahap berikutnya dalam proses supervisi klinis. Oleh sebab itu para teoritis banyak menyarankan agar pertemuan awal ini, dilaksanakan secara rileks dan terbuka. Perlu sekali diciptakan kepercayaan guru terhadap supervisor, sebab kepercayaan ini akan mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pertemuan awal ini. Kepercayaan ini berkenaan dengan kenyakinan guru bahwa supervisor memperhatikan minat atau perhatian guru.

Pertemuan pendahuluan ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Dalam pertemuan awal ini supervisor bisa menggunakan waktu 20 sampai 30 menit, kecuali jika guru mempunyai permasalahan khusus yang membutuhkan diskusi panjang. Pertemuan ini sebaiknya dilaksanakan di satu ruangan yang netral, misalnya kafetaria, atau bisa juga di kelas. Pertemuan di ruang kepala sekolah atau supervisor kemungkinannya akan membuat guru menjadi tidak bebas. Secara teknis, ada delapan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam pertemuan awal ini, yaitu (1) menciptakan suasana yang akrab dan terbuka, (2) mengidentifikasi aspek - aspek yang akan dikembangkan guru dalam pengajaran. (3) menerjemahkan perhatian guru ke dalam tingkah laku yang bisa diamati (4) mengidentifikasi prosedur untuk memperbaiki pengajaran guru, (5) membantu guru memperbaiki tujuannya sendiri (6) menetapkan waktu observasi kelas, (7) menyeleksi instrumen observasi kelas, dan (8) memperjelas konteks pengajaran dengan melihat data yang akan direkam.

Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) mendeskripsikan satu agenda yang harus dihasilkan pada akhir pertemuan awal. Agenda tersebut adalah :

a.    Menetapkan kontrak atau persetujuan antara supervisor dan guru tentang apa saja yang akan diobservasi.

1)      Tujuan instruksional umum dan khusus pengajaran

2)      Hubungan tuiuan pengajaran dengan keselurulun program pengajaran yang diimplementasikan.

3)      Aktivitas yang akan diobservasi

4)      Kemungkinan perubahan formal aktivitas, sistem, dan uruur-unsur lain berdasarkan persetujuan interaktif antara supervisor dan guru.

5)      Deskripsi spesifik butir-butir atau masalah - masalah yang balikannya diinginkan guru.

b.    Menetapkan mekanisme atau aturan-aturan observasi meliputi:

1)      Waktu (jadwal) observasi

2)      Lamanya observasi

3)      Tempat observasi

c.     Menetapkan rencana spesifik untuk melaksanakan observasi meliputi:

1)      Dimana supervisor akan duduk selama observasi

2)      Akankah supervisor menjelaskan kepada murid-murid mengenai tujuan observasinya jika demikian, sebelum atau sesudah pengajaran.

3)      Akankah supervisor mencari satu Tindakan khusus

4)      Akankah supervisor berinteraksi dengan murid-murid

5)      Perlukah adanya material atau persiapan khusus

6)      Bagaimanakah supervisor mengakhiri observasi.

 

 

2.       Tahap observasi mengajar

Tahap kedua dalam supervisi klinis adalah tahap observasi mengajar secara sistematis dan obyektif. Perhatian observasi ini ditujukan pada guru dalam bertindak dan kegiatan-kegiatan kelas sebagai hasil Tindakan guru. Waktu dan tempat observasi mengajar ini sesuai dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan guru pada waktu mengadakan pertemuan awal.

Observasi mengajar, mungkin akan terasa sangat kompleks dan sulit, dan tidak jarang adanya supervisor yang mengalami kesulitan. Dengan demikian supervisor dituntut untuk menggunakan bermacam-macam keterampilan. Menurut Daresh (1989) ada dua aspek yang harus diputuskan dan dilaksanakan oleh supervisor sebelum dan sesudah melaksanakan observasi mengajar, yaitu menentukan aspek-aspek yang akan diobservasikan mengajar dan bagaimana cara mengobservasikannya.

Aspek-aspek yang diobservasi harus sesuai dengan hasil diskusi antara supervisor dan guru pada waktu pertemuan awal. Aliva (1984) menegaskan sebagai berikut:

 

If we follow through with the cycle of clinical supervisor the teacher and supervisor in the preobservation conference have decided on the specific behavuiors of teacher and students which the supervisor will observe. The supervisor concentrates on the presence or absence of the specific behaviors.

 

Sedangkan mengenai bagaimana mengobservasi juga perlu mendapatkan perhatian. Maksud baik supervisi akan tidak berarti apabila usaha-usaha observasi tidak bisa memperoleh data yang seharusnya diperoleh. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan untuk mengadakan tukar pikiran dengan guru setelah observasi aktivitas yang telah dilakukan di kelas. Di sinilah letak pentingnya teknik dan instrumen oberservasi yang bisa digunakan untuk mengobservasi guru mengelola proses belajar mengajar.

Sehubungan dengan teknik dan instrumen ini, sebenarnya para peneliti telah banyak yang mengembangkan bermacam-macam teknik yang bisa digunakan dalam mengobservasi pengajaran. Acheson dan Gall (1987) mereview beberapa teknik dan menganjurkan kita untuk menggunakannya dalam proses supervisi klinis beberapa teknik tersebut adalah sebagai berikut:

a.    Selective verbatim. Di sini supervisor membuat semacam rekaman tertulis, yang bisa dibuat dengan a verbatim transcript. Sudah barang tentu tidak semua kejadian verbal harus direkam dan sesuai dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan guru pada pertemuan awal, hanya kejadian-kejadian tertentu yang harus direkam secara selektif. Transkrip ini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan bisa juga menyalin dari apa yang direkam terlebih dahulu melalui tape recorder.

b.    Rekaman observasional berupa a seating chart. Di sini, supervisor mendokumentasikan perilaku - perilaku murid-murid sebagaimana mereka berinteraksi dengan seorang guru selama pengajaran berlangsung. Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi di deskripsikan secara bergambar. Melalui penggunaan a seating chart ini supervisor bisa mendokumentasikan secara grafis interaksi guru dengan murid-murid dengan murid. Sehingga dengan mudah diketahui apakah guru hanya berinteraksi dengan semua murid atau hanya dengan sebagian murid, apakah semua murid atau hanya sebagain murid yang terlibat proses belajar mengajar.

c.     Wide-lens techniques. Di sini supervisor membuat catatan yang lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas dan cerita yang panjang lebar. Teknik ini bisa juga disebut dengan anecdotal record.

d.    Checkliss and timeline coding. Di sini supervisor mengobservasi dan mengumpulkan data perilaku belajar mengajar. Perilaku pembelajaran ini sebelumnya telah diklasifikasi atau dikategorikan. Contoh yang paling baik prosedur ini dalam observasi supervisi klinis adalah skala analisis interaksi. Dalam analisis ini, aktivitas kelas diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu pembicaraan guru, pembicaraan murid dan tidak ada pembicaraan.

 

Tabel Kategori Analisis interaksi Franders

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Guru Berbicara

 

 

 

 

Respon

a.    Perasaan menerima. Menerima dan mengklasifikasi sikap/ perasaan murid dalam cara yang tidak menakutkan. Perasaan ini bisa positif atau negatif.

b.    Penghargaan dan dorongan. Penghargaan dan dorongan terhadap murid, misalnya dengan mengatakan "um hum" atau teruskan. Ini merupakan upaya ketegangan.

c.     Menerima atau menggunakan ide murid. Menjawab pembicaraan murid. Mengklasifikasi, membangun, atau mengajukan pertanyan berdasarkan ide - ide murid,

d.    Bertanya. Bertanya tentang isi dan prosedur, berdasarkan ide guru, dengan maksud murid akan menjawabnya.

 

 

Inisiasi

a.    Berceramah. Mengemukakan fakta atau opini tentang isi atau prosedur: mengekspresikan idenya sendiri, memberikan penjelasan sendiri

b.    Memberikan petunjuk. Memberi petuniuk, komando, perintah di mana murid melakukan

c.     Mengkritik. Mengemukakan sesuatu untuk mmgubah perilaku murid dari pola yang tak diterima menjadi pola yang diterima.

 

Respon

a.    Murid berbicarameresPons. Murid .berbicara untuk merespons kontak guru yang srruasrnya terbatas

b.    Murid berbicara inisiasi. Murid mengemukakan idenya baik secara spontan maupun dalam sosialisasi guru. Kebebasan mengembangkan opini/ permikiran, berjalan di luar struktur yang ada.

Inisiasi

a.    Kesunyian atau kebingungan. Istirahat, kesunyian sebentar, kebingunan karena komunikasi tidak bisa dimengerti pengamat

 

Checklist lainnya yang bisa digunakan untuk mengarahkan observasi, pengajaran adalah apa yang disebut dengan istilah timeline coding technique yang telah dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu, yang memang didesain untuk mempelajari strategi pengajaran. Di sini, supervisor mencatat perilaku guru maupun murid dalam waktu-waktu tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, selama waktu-waktu tertentu ditetapkan sebelumnya disediakan selama proses pembelajaran. Teknik ini bisa disediakan data terhadap guru yang mereka rasa harus diobservasi dan dikembangkan. Instrumen ini bisa mengarahkan supervisor dalam observasinya dan menyediakan balikan yang spesifik dalam klasifikasi waktu yang diinginkan.

Dengan demikian teknik yang telah direview oleh Acheson dan Gall telah bisa digunakan untuk mengarahkan dan mempermudah tahap observasi dalam proses supervisi klinis. Supervisor yang efektif seharusnya menyadari adanya beberapa teknik ini dan berusaha memiliki satu atau lebih teknik sesuai dengan Perhatian guru yang akan diobservasi, Namun sayangnya, dengan melihat dari waktu ke waktu, yang terjadi justru sebaliknya. Dan banyak hal, supervisor hanya belajar satu teknik observasi yang disukainya misalnya teknik analisis Interaksi Flanders, dan menggunakannya setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan.

Akan tetapi kelebihan-kelebihan setiap teknik dengan cepat akan hilang apabila supervisor lebih berwawasan terhadap hanya satu teknik yang dipahami dan disukai dengan tidak mengikuti perhatian pengajaran guru.

 

3.       Tahap pertemuan balikan

Tahap ketiga dalam proses supervisi klinis adalah tahap pertemuan balikan. pertemuan balikan dilakukan segera setelah melaksanakan observasi pengajarah, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis teradap hasil observasi. Tujuan utama pertemuan balikal ini adalah ditindaklanjuti apa saia yang dilihat oleh supervisor, sebagai onserver, terhadap proses belaiar mengajar.

Pembicaraan dalam pertemuan balikan ini adalah ditekankan pada identifikasi dan analisis persamaan dan perbedaan antara perilaku guru dan murid yang direncanakan dan perilaku actual guru dan murid, serta keputusan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya akan dilakukan sehubungan dengan perbedaan yang ada.

Pertemuan balikan ini merupakan tahap yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrti, bersifat memotivasi, actual, dan akurat sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru.

Ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru, sebagaimana dikemukakan oleh Goldhammer, Anderson, Krajewski (1981) yaitu: (1) guru bisa diberi penguatan dan kepuasan sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya, (2) isu -isu dalam pengajaran bisadidefenisikan bersama dengan supervisor dan guru dengan tepat (3) supervisor bila mungkin dan perlu, bisa berupaya mengintervensi secara langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan, (4) guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk rnelakulan supervisi terhadap dirinya sendiri, dan (5) guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk rneningkatkan tingkat analisis profesional diri pada masa yang akan dating.

Tentunya sebelum mengadakan pertemuan balikan ini supervisor terlebih dahulu menganalisa hasil observasi dan merencanakan bahan yang akan dibicarakan dengan guru. Begitu pula diharapkan guru menilai dirinya sendiri. Setelah itu dilakukan pertemuan balikan ini. Dalam pertemuan balikan ini sangat diperlukan adanya keterbukaan antara supervisor dan guru. Sebaiknya, pertama-tama supervisor menanamkan kepercayaan pada diri guru bahwa pertemuan balikan ini bukan untuk menyalahkan guru melainkan untuk memberikan masukan balikan.

Oleh sebab banyak para teoritisi yang menganjurkan agar pertama-tama yang harus dilakukan oleh supervisor dalam setiap pertemuan balikan adalah memahirkan penguatan (reinforcement) terhadap guru. Baru setelah melanjutkan dengan analisis bersama setiap aspek pengajaran yang menjadi perhatian supervisi klinis. Berikut ini beberapa langkah penting yang harus dilakukan selama pertemuan balikan.

a.    Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya terhadap pengajaran yang dilakukan, kemudian supervisor berusaha memberikan penguatan (reinforcement).

b.    Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Di sini supervisor bersama guru mengidentifikasi perbedaan antara tujuan pengaiaran yang direncanakan dan tujuan pengaiaran yang dicapai

c.     Menganalisa target keterampilan dan perhatian utama guru. Di sini supervisor bersama guru mengidentifikasi target ketrampilan dan perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum dicapai. Bisa jadi pada saat ini supervisor menuniukkan hasil rekaman observasi. sehingga guru mengetahui apa yang telah dilakukan dan dicapai, dan yang belum sesuai dengan target ketrampilan dan perhatian utama guru sebagaimana disepakati pada tahap pertemuan awal. Apabila dalam kegiatan observasi supervisor merekam proses belajar mengajar dengan alat elektronik, misalnya dengan menggunakan alat syuting, maka sebaiknya hasil rekaman ini dipertontonkan kepada guru sehingga ia dengan bebas melihat dan menafsirkannya sendiri.

d.    Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis target keterampilan dan perhatian utamanya.

e.    Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selama proses supervisi klinis. Disini supervisi memberikan kesempatan kepada guru untuk menyimpulkan target keterampilan dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama proses supervisi klinis.

f.      Mendorong guru untuk merencanakan Latihan - latihan berikut sekaligus menetapkan rencana berikutnya.

Demikian tiga pokok dalam proses supervisi klinis. Ketiga tahap ini sebenarnya berbentuk siklus, yaitu tahap pertemuan awal, tahap observasi mengajar, dan tahap pertemuan balikan. Rincian ketiga tahap ini telah dibahas di muka, dan terangkum dalam berikut ini.

Siklus Supervisi Klinis


Dalarn pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerja yang baik dalam pertermuan awal, observasi pengaiaran, maupun dalam pertemuan balikan. Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisi klinis sebagai satu pendekatan supervisi pengajaran adalah kepercayaan (trust) Pada guru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu mengembangkan pengajaran guru. Upaya memperoleh kepercayaan guru ini memerlukan satu iklim kerja yang baik oleh para teoritisi disebut dengan istilah kolegial (colliegial).

Pelaksanaan supervisi klinis bisa dikatakan telah memiliki iklim kolegial apabila antara supervisor dan guru bukan" ... Something that a superordinate (an administrator or supervisor, for example) does to a teacher, but as a peer-to-peer activity" (Daresh : 1989, halaman 218). Di samping ini, untuk melaksanakan supervisi klinis sangat diperlukan kesediaan supervisor dan guru untuk meluangkan waktunya. Setiap pelaksanaan supervisi klinis akan memerlukan waktu yang lama.


Last modified: Tuesday, 15 August 2023, 3:31 PM