Pengaruh yang Membentuk Tabiat
Tabiat kita dipengaruhi oleh pembawaan, oleh sifat-sifat yang kita warisi dari bapak, ibu, dan nenek moyang. Pengaruh ini dalam jiwa kita sering berhubungan erat dengan jasmani. Contoh: seseorang secara alamiah lebih cerdas daripada temannya, yang seorang lagi lebih pandai dalam bidang olahraga, tarian, dan lain-lain.
Kedua, tabiat kita dipengaruhi oleh lingkungan sosial, oleh keluarga, dan kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki pandangan tentang tabiat mana yang patut dihargai serta pandangan tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai. Tabiat kita dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi tidak ditentukan oleh lingkungan. Kita mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menilai pengaruh-pengaruh sosial, dapat menolak atau menerimanya. Kebanyakan orang memilih berbagai pola moral. Kita bertanggung jawab untuk memilih pola mana dan pandangan mana yang bakal membimbing kehidupan kita.
Ketiga, tabiat kita dibentuk oleh pengalaman dan hubungan kita dengan orang lain. Pengaruh ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh lingkungan sosial, namun kita mengutamakan pandangan moral yang kita terima dari keluarga dan kebudayaan kita.
Keempat, tabiat kita dibentuk oleh keputusan dan perbuatan kita sendiri, serta motivasi perbuatan kita. Ada hubungan timbal-balik antara tabiat dan perbuatan. Tabiat mempengaruhi perbuatan. Perbuatan mempengaruhi tabiat. Contoh: orang dengan tabiat yang jujur cenderung tidak berdusta. Orang yang tabiat nya tidak baik dengan mudah berdusta. Keputusan untuk tidak berdusta menjadikan kejujuran orang itu lebih teguh. Orang yang berdusta memperlemah sifat kejujuran dalam tabiatnya, sehingga kecenderungan berdusta dikuatkan. Berjuang melawan godaan materi tidak hanya menolong kita mengatasi godaan tersebut, tetapi juga menguatkan tabiat kita mengatasi godaan yang sama pada waktu yang lain. Menyerah kepada godaan materi hari ini memperlemah kemampuan kita berjuang melawan godaan yang sama esok hari. Bukan saja keputusan-keputusan yang besar dan rumit yang membentuk tabiat kita, melainkan juga keputusan sehari-hari yang biasa dan sederhana. Contoh lain: seorang majikan sangat kejam terhadap sopir dan pembantunya. Seandainya majikan bergaul dan berkenalan dengan beberapa orang sopir atau pembantu rumah tangga sebagai bahan pertimbangan, mungkin kekejaman akan berkurang dalam mengambil suatu keputusan pertimbangan